Oleh: Abdul Warits*
Tidak ada hasil yang luar biasa jika kita bekerja dengan cara biasa-biasa saja. Pelaut hebat pasti lahir dari gelombang yang dahsyat.
Begitulah ungkapan mas Tamam di dalam sambutan buku Menembus Ketidakkemungkinan ini. Buku ini memaparkan bagaimana biografi dan kiprah Mas Tamam dari titik keberangkatan prosesnya sampai dikenal sebagai seorang politisi muda dari kalangan santri Madura. Proses dan perjuangannya patut menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi muda saat ini apalagi bagi mereka yang ingin mengambil peran penting di ranah politik.
Buku ini secara lengkap menceritakan bagaimana kehidupan mas Tamam sejak kecil menjadi mahasiswa hingga berhasil menjabat sebagai Anggota DPRD Jatim termuda dan Bupati muda di Kabupaten Pamekasan Madura. Proses dan lika-liku perjalanan proses kehidupannya menarik untuk selalu diceritakan kepada generasi muda dan santri Madura agar sehingga inovasinya patut dilanjutkan dan dibumikan.
Mas Tamam ditempa oleh keluarga pejuang yang ikhlas mengabdikan dirinya tanpa pamrih kepada masyarakat dan dedikasinya kepada organisasi. Kiai Jazuli Malidji Syahri, ayah mas Tamam menjadi sosok kiai yang sangat kritis terhadap orde baru di masanya. Ia tidak segan-segan melawan setiap kebijakan Soeharto yang dipandangnya menyusahkan rakyat kecil. Sedangkan ibu Mas Tamam, Ummi Nyai Maftuhah Djufri dikenal sebagai pengasuh pesantren yang teguh dalam bersikap sabar dan berjiwa besar. Di mata anak-anaknya, ia adalah wanita yang tegar (hlm. 21).
Mas Tamam, sosok politisi yang menginspiratif ini dibesarkan dan dididik di lingkungan pesantren. Sebab mas Tamam merupakan Lora (kiai muda) yang disegani oleh masyarakat dan santrinya. Meski begitu, pendidikannya sejak kecil telah menjadi bagian penting menentukan nasib dirinya menjadi sosok politisi muda dan inspiratif. Hal penting yang diwariskan oleh para leluhurnya itu menjadi teladan hidup yang harus diikuti. Hal ini mengajarkan mas Tamam tentang arti pengabdian, kejujuran, dan tanggungjawab.
Sikap kepribadian dirinya sejak kecil menjadikan mas Tamam menjadi sosok yang dinilai layak untuk memimpin karena ia pandai mengarahkan, membimbing dan mewujudkan tujuan untuk kepentingan umat. Setelah itu mas Tamam terus belajar berproses tentang bagaimana mewujudkan toleransi dari pesantren Lasem dan beberapa amalan dzikir dan sholawat yang diamalkan dari para pendahulunya.
Proses yang ditempa mas Tamam tidak hanya berhenti di pesantren, semenjak menjadi mahasiswa mas Tamam juga rajin membaca buku, berorganisasi dan juga berwirausaha untuk menghidupi kehidupan sehari-harinya. Selain dikenal sebagai aktivis, mas Tamam juga dikenal sebagai pembaca dan pengoleksi buku. Dari saking gandrungnya pada buku, mas Tamam selalu menghabiskan seluruh uang kiriman orang tuanya untuk membeli buku hingga akhirnya timbul ide berwirausaha sejak menjadi mahasiswa dengan menjual kerupuk dan terbukti sukses sampai dirinya lulus kuliah.
Kiprah mas Tamam di dalam dunia politik dimulai ketika dirinya bergabung ke partai kebangkitan bangsa (PKB) meski sebelumnya ia pernah mengikuti kaderisasi PPP sampai tingkat nasional. Sebelum masuk dan terjun di dunia politik, ia tetap meminta bimbingan kepada kiai sepuh di Jawa Timur dan ibunya. Bahkan, salah satu mentor politiknya ketika itu adalah Kiai Abdul Warits Ilyas Annuqayah dan Kiai Fawaid As’ad Sukorejo.
Mengabdi dan mendedikasikan diri di partai akhirnya mas Tamam menjadi anggota DPRD termuda di Jawa Timur meski ia hanya bermodal seadanya. Sebab menurut mas Tamam politik adalah seni menembus ketidakkemungkinan. Karena itu modal utamanya adalah kecakapan komunikasi, bukan uang. Sejauh mana seseorang berkomunikasi dengan rakyat dan mampu merebut hati mereka, bahwa dirinya bekerja sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mempengaruhi khalayaknya. (hlm. 101)
Keberhasilan dan kesuksesan dirinya sampai menjadi Bupati termuda Kabupaten Pamekasan tidak terlepas dari seorang mentor. Bagi mas Tamam, mentornya adalah kiai pesantren. Keberhasilan dan keberhasilan yang diraihnya pada tiap jenjang dan tempat yang dia tapaki tak lepas dari karakter kuat tempaan orang tua, guru dan para kiai yang menggemblengnya. Selain itu, atmosfer positif yang terbangun dalam lingkungan keluarga dan pesantren juga memiliki andil yang cukup besar. Bagi mas Tamam, spiritualitas dalam politik adalah pijakan moral yang mendasari tindakan setiap politisi. Spritualitas akan menjadi garis batas bagi penguasa dalam memaksimalkan jabatannya untuk kebaikan bersama. (hlm. 107)
Selain menghadirkan kiprah, perjuangan dan pengabdian mas Tamam, buku ini juga berisi sejumlah pencapaian dan prestasi gemilang yang telah diraih oleh mas Tamam selama menjadi Bupati dan memimpin Kabupaten Pamekasan Madura melalui berbagai program dan inovasinya menjalankan kerja-kerja kerakyatan yang terbukti dan nyata dirasakan oleh masyarakatnya.
*Blogger Duta Damai Santri Jatim dan Aktivis Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ranting Grujugan Gapura Sumenep.