Oleh: Erik Setiawan
Kisah hidup Saudah binti Zam’ah dari bani Ady bin Najjar adalah sebuah cerita tentang kasih, kesetiaan, dan pengabdian kepada Rasulullah SAW. Saudah adalah wanita yang memiliki peran istimewa dalam keluarga kenabian, menjadi wanita pertama yang dinikahi Nabi SAW setelah Khadijah ra.
Setelah wafatnya Khadijah ra., Rasulullah SAW tinggal dalam kesendirian yang membutuhkan pendamping. Para sahabat memperhatikan hal tersebut dan berharap Rasulullah menikah kembali, untuk menghibur kesendiriannya. Khaulah binti Hakim berani menawarkan pernikahan dengan ‘Aisyah binti Ash-Shiddiq ra., meskipun ‘Aisyah masih kecil. Namun, siapa yang akan mengurus rumah tangga Rasulullah dan memelihara putri-putrinya? Jawabannya adalah Saudah binti Zam’ah.
Khaulah meminang ‘Aisyah dan Saudah untuk Rasulullah SAW. Saudah, yang menjadi janda setelah suaminya meninggal dalam peristiwa hijrah, adalah wanita yang kuat dan penuh keimanan. Rasulullah SAW mengizinkan pernikahan tersebut, sehingga Saudah menjadi istri Rasulullah dan pemimpin rumah tangga yang penuh tanggung jawab.
Sebelumnya, Saudah hijrah ke Habasyah bersama suami dan putra pamannya untuk menyelamatkan agamanya. Setelah kepergian suaminya, Saudah tinggal sendirian. Hidup sebagai janda di tanah perantauan, Saudah menjadi wanita muhajir yang kuat dan beriman. Rasulullah terkesan oleh keimanan dan keteguhan Saudah, sehingga memutuskan untuk menikahinya.
Saudah, menjadi istri Rasulullah dan pemimpin rumah tangganya, memainkan peran penting dalam kehidupan keluarga kenabian. Saat ‘Aisyah datang ke rumah Rasulullah, Saudah menyambutnya dengan tulus dan memberikan tempat istimewa baginya. Saudah berusaha sekuat tenaga mendapatkan keridhoan ‘Aisyah, meskipun ‘Aisyah adalah istri Rasulullah yang lebih muda.
Menginjak masa tua, Saudah tetap berharap untuk tetap menjadi istri Rasulullah di dunia dan akhirat. Dia memberikan harinya kepada ‘Aisyah dengan sukarela, meskipun menyadari bahwa ‘Aisyah tidak menginginkan hal tersebut. Saudah hidup dengan penuh kerja keras dalam mengurusi rumah kenabian, sambil menyimpan rasa keridhoan dan iman yang tinggi.
Meski hatinya sudah berumur, Saudah tetap berharap untuk terus menjadi istri Rasulullah, mengukir kebahagiaan dan mendapatkan keberkahan dalam pengabdian kepada Allah. Saat Rasulullah SAW wafat, Saudah tetap setia dalam mengurus rumah tangga dan keluarga kenabian. Ia wafat pada masa kepemimpinan Umar ibnul Khaththab ra.
‘Aisyah ra. sering menyebut kebaikan dan memuji Saudah atas sifat baiknya. ‘Aisyah bahkan menyatakan bahwa tidak ada wanita yang lebih disukainya daripada Saudah, kendati Saudah memiliki kekerasan watak. Kesetiaan, kerja keras, dan iman Saudah binti Zam’ah telah meninggalkan jejak kebaikan dan inspirasi bagi umat Islam.
Oleh karena itu, kisah hidup Saudah binti Zam’ah adalah contoh nyata tentang bagaimana seorang wanita dapat memainkan peran yang penting dalam mendukung dan menghidupkan nilai-nilai Islam. Kasih dan kesetiaan Saudah kepada Rasulullah SAW menjadi warisan berharga bagi umat Islam, menginspirasi mereka untuk mengikuti jejak kebaikan dalam pengabdian kepada Allah SWT.