Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 10 Des 2023 10:31 WIB ·

Tengka: Memahami Sistem Moral dan Etika Madura


 Tengka: Memahami Sistem Moral dan Etika Madura Perbesar

Oleh: Mamluah El-hikmah

Pelet (Upacara Kehamilan) Nemang (Upacara Kelahiran)Kiphaye(Upacara Kematian) Parloh (Aktivitas yang berhubungan dengan suasana bahagia) Nompheklorong (Menusuk Jalan) Nomphektabun (Menusuk pematang purba) Bebukon (Primbon). Istilah-istilah ini menjadi familiar di buku dengan judul Tengka Madura yang ditulis oleh Hasani Utsman. Ia ingin menggambarkan bahwa khazanah suatu ras atau suku tertentu seperti Madura menjadi indikasi awal kebudayaan yang menarik dan kaya.

Buku cetakan pertama pada tahun 2020 oleh Sulur Pustaka yang berjudul Tengka Madura (Etika Sosial dalam Masyarakat Tradisional). Buku ini merupakan formula masyarakat Madura untuk mengatur prilaku tertentu dalam kegiatan tertentu. Buku ini sangat bermanfaat untuk dibaca oleh kalangan masyarakat muslim khususnya masyarakat Madura. Karena buku ini memberikan pemahaman untuk mengenal Madura melalui tengka.

Secara geografis, Madura adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut pulau Jawa. Secara administratif, pulau Madura berada dibawah kontrol provinsi Jawa timur. Namun secara kultural, bukan berarti kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Madura sama persis dengan mayoritas kebudayaan Jawa. Misalnya dalam segi bahasa, dengan segala bentuk dan dialeknya tentu berbeda dengan masyarakat Jawa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh perbedaan kondisi alam.

Adapun pembahasan pertama pada bagian ke II; Hasani Utsman membahas tentang “Madura, Konsep Etika Sosial, Tengka dalam Tinjauan Emik dan teori-teori Etika” beliau menyatakan bahwa dalam persepsi Madura, Tengka merupakan bagian integral dari tradisi dan budaya mereka sendiri. Tengka juga merupakan sistem moral masyarakat Madura. Peribahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat Madura adalah tengka tadha’ketabba yang artinya tengka tidak ada di buku-buku dan tidak tersedia dalam ranah teoritis dan murni bersifat praktis. Mengetahui dan menjaga tengka merupakan sebuah keharusan bagi masyarakat Madura karena tengka sudah menjadi bagian dari praktis moral yang sejak lama sudah diajarkan oleh para pendahulu di Madura.

Dalam perkembangannya, agama Islam menjadi agama yang mayoritas dipeluk oleh penduduk di Madura. Namun dari selain Islam juga ada agama lain seperti kristen dengan pemeluk yang sangat minoritas. Agama Islam di Madura menjadi agama yang cukup kokoh. Dengan kokohnya Islam di Madura, masyarakat tidak bisa dilepaskan dengan intensifnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik di masjid, di pesantren-pesantren ataupun di majlis-majlis yang biasa masyarakat Madura menyebutnya dengan istilah kolom.

Pada bagian ketiga, Hasani Utsman membahas mengenai Tengka yang berada di tengah budaya patriarki, beliau juga membahas tentang simbolisme Tengka dalam sosial dan ritual yang menyatakan bahwa tengka mengenai simbol-simbol dan kode-kode dalam masyarakat Madura dibidang prilaku sosial harus dipatuhi dan dijalankan secara kultural untuk bisa merawat konstruksi sosial tradisional. Tengka didominasi oleh prinsip hormat dalam interaksi sosial. Dalam persepsi masyarakat, hormat harus total dalam artian kita harus bisa menjaga pola ucapan kita, pola tindakan dan keadaan. Maka dari itu dalam masyarakat Madura, tengka menjadikan hormat sebagai prinsip utama.

Dalam buku Tengka Madura ini juga dibahas mengenai masuknya Islam pertama kali ke Madura dimulai dari Madura barat yaitu Bangkalan dan Sampang, kemudian Madura timur yakni Pamekasan dan Sumenep pada abad ke-15 M. Kira-kira berapa lamakah proses Islamisasi di Madura? Adakah kaitan kota Gerbangsalam Pamekasan dengan potret orientasi keislaman masyarakat Pamekasan? Mengapa harus tengka yang menjadi formula norma moral dan prinsip utama di Madura? Bagaimana solidaritas sosial masyarakat madura? Semua pertanyaan yang mungkin menjadi sebuah keganjalan bagi pembaca mengenai etika sosial dalam masyarakat tradisional Madura. Tentu semua itu sudah terjawab dalam buku yang berjudul Tengka Madura karya Hasan Utsmani ini.

Menurut penulis, buku ini sangat memberikan pencerahan dan motivasi bagi kita karena banyak memberikan penjelasan mengenai orang madura yang sangat relegius, berani mempertahankan apapun demi agama, serta dapat mengolaborasi antara moral dan etika yang diterjemahkan secara keliru oleh orang awam. Selain itu juga kelebihan dari buku karya Hasan Utsmani adalah dapat meluruskan pandangan buruk para pembaca agar tidak terlanjur memandang rendah terhadap orang madura, juga agar tidak dapat menghasilkan kesimpulan miring terhadap suku dan budaya Madura.

Peribahasa yang digunakan dalam buku ini kebanyakan bahasa ilmiah yang mungkin dapat membuat bingung para pembaca dan kurang memahami. Namun dalam buku ini juga terdapat peribahasa menarik  bagi orang Madura itu sendiri, sehingga dapat menunjukkan Madura mempunyai  bahasa dan kebudayaan-kebudayaan yang menarik. Tentunya kita sebagai orang Madura tidak boleh minder karena sudah dipandang rendah oleh sebagian orang. Pada dasarnya Madura adalah salah satu pulau yang didiami oleh salah satu etnis dan dan suku dengan populasi terbesar di Indonesia. Dari sinilah kita perlu mencintai dan mengembangkan budaya kita tanpa perlu  membandingkan dengan budaya-budaya asing.

Identitas Buku
Judul Buku   : Tengka Madura
Penulis           : Hasani Utsman, Lc., MA
Penerbit         : Sulur Pustaka
Cetakan          : Ke-I 2020
Tebal              : 208
ISBN               : 978-623-6791-04-2

Artikel ini telah dibaca 189 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

5 Tokoh Pemuda dalam Sejarah Sumpah Pemuda Indonesia

28 Oktober 2024 - 11:35 WIB

Sejarah Sumpah Pemuda dan Refleksinya

28 Oktober 2024 - 11:24 WIB

Hubungan Santri dan Kiai dalam Politik

28 Oktober 2024 - 06:07 WIB

Santri Memaknai Sumpah Pemuda: Peran, Refleksi, dan Tantangan

28 Oktober 2024 - 05:56 WIB

Santri: Bukan Sekadar Penjaga Agama, tapi Juga Penjaga Bangsa

28 Oktober 2024 - 05:45 WIB

Santri dalam Ancaman Nyata Terorisme: Memaknai Ulang Semangat Sumpah Pemuda

28 Oktober 2024 - 05:38 WIB

Trending di Suara Santri