Santrikeren.id–Kedatangan Bapak
Kol. Sus. Drs. Solihuddin Nasution M.Si Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Republik Indonesia ke kampus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk guluk Sumenep Madura disambut dengan salah satu tarian khas kabupaten Sumenep yakni Tari Sintong Kamis (19/10/2023).
Tari Sintong merupakan kesenian bernafaskan Islam yang terdiri dari unsur seni musik, seni tari dan seni vokal. Kata Sintung merupakan akronim dari rangkaian kata “wang-awang sintung”, “wang-awang” mempunyai arti “mengangkat kaki”, dan kata “sin” berasal dari bahasa Arab, berarti bergembira ria. Sedangkan tung, merupakan kepanjangan dari kata settung (satu).
Sehingga dapat diartikan bahwa Sintung adalah refleksi jiwa, ungkapan kegembiraan yang diekspresikan dengan cara mengangkat kaki, bergembira ria sambil melompat-lompat disertai pembacaan shalawat dan barzanji.
Gerakan dalam Tari Sintong sendiri merupakan modifikasi hadrah dan gambus dengan gerak lancar, dinamis, dan gerak hidup. Unsur sintung yang menonjol adalah nyanyiannya dan pada intinya banyak melantunkan Shalawat Nabi Asrabul Anam yang merupakan shalawat terlengkap.
Kesenian ini memiliki fungsi sebagai dakwah Islam dan sering ditampilkan pada acara penyambutan orang yang baru datang haji, mantenan, upacara petik laut, perayaan hari besar Islam, dan lain sebagainya.
Pada kedatangan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Republik Indonesia di Instika, kelompok Tari Sintong yang tampil adalah Jami’atus Sholihin dari Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten, Sumenep. Nampak Bapak Kol. Sus. Drs. Solihuddin Nasution M.Si sangat menikmati penampilan Tari Sintong tersebut yang telah didatangkan langsung oleh panitia untuk menyambut kedatangannya.
“Tari Sintong ini dulu pernah ditampilkan di Annuqayah saat hari perdamaian bersama Presiden Jokowi, jadi panitia sengaja mengundang untuk memeriahkan Festival Cinta Buku di Annuqayah dan menyambut kedatangan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT RI,” ungkapnya.