Oleh: Aisyah*
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam khas Nusantara. Perannya menjadi signifikan terhadap bangsa dan negara Indonesia. Melalui peran ulama dan santri, pesantren pantas menjadi wadah bagi kerukunan dan keharmonisan.
Buku dengan judul “Damailah negeriku, Resolusi Jihad Belum Usai, Wujudkan Indonesia Harmoni” ini merupakan sekumpulan tulisan kontra narasi dan suara santri yang digulirkan dan dinarasikan oleh Duta Damai Santri Regional Jawa Timur. Penulis di dalamnya terdiri dari seorang santri yang beragam latar belakang Pondok Pesantren besar di Jawa Timur.
Buku ini memaparkan beberapa faktor masyarakat bisa terjerumus di dalam persoalan Radikalime. Seperti yang ditulis oleh Nur Muhammad Al Fatih bahwa salah satu faktor seseorang menjadi intoleran adalah dangkalnya pemahaman keagamaan. Dangkalnya pemikiran seseorang serta pengetahuan pendidikan agama yang masih mengambang memunculkan watak keras, sikap apriori, dan penentangan terhadap gagasan yang tidak sejalan dengannya (hlm. 06)
Dari fenomena tersebut maka lahir sikap dalam diri masyarakat yang disebabkan oleh dangkalnya pemahaman agama yaitu penyakit baru yang menjangkitinya seperti sikap fanatik dan fenomena takfir. Untuk itulah, penting bagi masyarakat agar memiliki pemahaman keagamaan yang matang agar hal hal yang kita inginkan tidak berjangkit kepada kita.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali mengatakan bahwa agama dan pemerintahan bagaikan saudara kembar. Agama sebagai dasar sedangkan negara sebagai penjaganya. Sesuatu yang tanpa pondasi maka akan roboh sedangkan pondasi tanpa penjagaan maka (bangunan tersebut) akan menjadi sia-sia.
Selain itu, solusi di dalam meminimalisir ajaran radikal salah satu dengan menjadi orang yang berilmu sebagai kawan. Mereka adalah orang yang mengetahui dan sadar tentang bagaimana dampak buruk yang bisa dirasakan oleh orang orang yang memiliki pemikiran radikal.
Siapapun orangnya, dari kalangan akademisi atau tidak, harus bergandengan tangan untuk membasmi wabah penyakit radikal dan intoleran karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Karenanya, jika seorang tersebut adalah penulis maka bisa dengan cara membuat narasi dan argumentasi yang positif bahwa ideologi Radikal merupakan ideologi yang salah.
Tantangan yang cukup menegangkan adalah ketika generasi milenial cenderung menggandrungi internet sebagai bahan makanan keseharian mereka. Kaum radikal hampir 65 persen bergerilya di dunia digital dalam menyebarkan paham dan doktrin mereka. Bahkan bisa dikatakan mereka merancang dan beternak akun di media sosial untuk mencapai visi dan misinya.
Maka di dalam buku ini dijelaskan bahwa memblokir situs website berbahaya yang mengajak kepada kerusakan dan kejahatan, termasuk situs website yang menyerukan dan mengajarkan terorisme dan radikal, agresi, penyerangan kepada orang lain secara tidak adil adalah salah satu metode yang efektif dan bermanfaat untuk memerangi terorisme di dunia Maya. Meski sebelum ada agenda pemblokiran juga harus dilaksanakan penelusuran lebih lanjut terhadap situs website tersebut. (hlm. 17)
Selain disajikan dengan dalil dari kitab dan referensi yang mendukung, buku ini juga membahas secara kritis dan mempertanyakan masihkah ada partai politik yang berafiliasi terhadap kelompok radikal? Karena tidak menutup kemungkinan terdapat anggota partai yang berafiliasi terhadap kelompok yang akan mengancam persatuan.
Akan tetapi, perbuatan bahwa adanya partai politik yang berafiliasi terhadap kelompo radikal dan terorisme akan menuai pro dan kontra. Bagi mereka yang pro menjadi pengingat kewaspadaan masyarakat akan massifnya infiltrasi kelompok teror menjelang pemilu 2024. Sedangkan bagi mereka yang kontra akan dipandang sebagai tuduhan berita hoaks, pengalihan isi hingga dianggap membuat gaduh pesta demokrasi. (Hlm.39)
Berkat upaya yang dilakukan oleh BNPT dalam keikutsertaanya melakukan verivikasi partai politik, partai baru yang berafiliasi terhadap kelompok teror tidak lolos. Sehingga dipastikan 24 partai yang ikut serta dalam pemilu 2024 dipastikan aman.
Di dalam buku ini juga dijelaskan beberapa gagasan gagasan penting tentang pentingnya kearifan lokal, gagasan para tokoh seperti Gusdur, dan hal hal unik yang ada di dalam pesantren. Buku ini wajib dibaca untuk membentengi generasi bangsa dari kelompok Radikal dan terorisme. Selamat membaca!
*Alumni Pondok Pesantren Annuqayah.