Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 25 Agu 2023 16:53 WIB ·

Nasionalisme dan Peran Ulama Menuju Islam Rahmatan Lil Alamin


 Nasionalisme dan Peran Ulama Menuju Islam Rahmatan Lil Alamin Perbesar

Oleh: Ahmad Mutawakil

Nasionalisme dan agama seringkali dianggap memiliki dimensi yang berbeda. Namun, di tengah dinamika zaman, kedua konsep ini dapat menjadi simbiosis yang harmonis untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengajarkan nilai-nilai universal yang dapat diaplikasikan dalam kerangka nasionalisme untuk membangun bangsa yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis.

Peran ulama dalam mengimplementasikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) memainkan peranan penting dalam mewujudkan visi nasionalisme yang lebih inklusif dan progresif.

Nasionalisme dengan Perspektif Islam
Nasionalisme bukanlah pemisahan dari nilai-nilai agama, melainkan bagaimana menciptakan identitas kebangsaan yang kokoh sambil memelihara prinsip-prinsip keagamaan.

Dalam pandangan Islam, nasionalisme yang sehat adalah yang diakui dalam konteks Islam sebagai agama mayoritas. Konsep ini mencakup cinta terhadap tanah air, budaya, dan keragaman yang ada di dalamnya, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Konsep Islam rahmatan lil alamin mencerminkan visi agama yang inklusif dan berorientasi pada kemanusiaan. Ulama sebagai penjaga dan pemaham agama memegang peran krusial dalam mengajarkan nilai-nilai ini kepada umat. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pemimpin moral yang dapat membimbing masyarakat menuju pemahaman Islam yang lebih luas dan toleran.

Dalam menjalankan peran mereka, ulama sering menekankan pentingnya sikap moderat, kasih sayang, dan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka menekankan bahwa islam rahmatan lil alamin adalah landasan untuk membentuk masyarakat yang bermanfaat bagi semua, tanpa memandang latar belakang agama, etnis, atau kepercayaan.

Kontribusi Ulama dalam Nasionalisme

Ulama memainkan peran utama dalam membentuk pandangan nasionalisme yang islami. Mereka menjadi pilar dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya menghormati hukum dan ketentuan negara, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ulama juga memainkan peran dalam mempromosikan kesejahteraan sosial dan keadilan di dalam masyarakat.

Ketika mencermati sejarah Indonesia, ulama memiliki andil besar dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka menggerakkan dan memberikan arahan kepada umat Islam dalam melawan penjajah.

Perjuangan tersebut mencerminkan nasionalisme yang diakui dan disahkan oleh agama. Ulama tidak hanya melihat kemerdekaan sebagai tujuan nasional, tetapi juga sebagai bagian dari perjuangan untuk menjalankan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

Harmonisasi Agama dan Nasionalisme
Harmonisasi antara agama dan nasionalisme menjadi prasyarat penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan damai. Ulama, sebagai wali agama, memiliki peran penting dalam mengajarkan bahwa menjadi warga negara yang baik juga berarti menjadi muslim atau muslimah yang baik.

Mereka mengingatkan umat bahwa cinta tanah air adalah sejalan dengan cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad. Islam mengajarkan tentang keutamaan cinta tanah air dalam rangka memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Ulama memberikan panduan bahwa nasionalisme yang benar adalah yang mendorong untuk memberikan manfaat bagi semua warga negara tanpa memandang perbedaan.

Dalam menjalankan peran mereka sebagai pemimpin rohaniah dan intelektual, ulama memiliki potensi besar untuk mendorong nasionalisme yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Konsep Islam rahmatan lil alamin menjadi fondasi yang kuat untuk harmonisasi antara agama dan nasionalisme.

Di era globalisasi ini, ulama berperan dalam membentuk sikap inklusif dan progresif yang akan membawa bangsa ke arah kemajuan yang berkelanjutan, tetapi tetap berakar pada nilai-nilai agama yang kuat.

Sumber:
Syamsuddin, M. (2006). Pemikiran Politik Islam: Dari Teori hingga Praktik. Gema Insani Press.

Al-Attas, S. N. (1978). Islam and Secularism. S. Abdul Majeed Co.

Chambert-Loir, H. (2008). Islam, Negara, dan Demokrasi: Politik dan Kuasa. Serambi Ilmu Semesta.

Barton, G. (2018). Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Equinox Publishing.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri