Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 22 Agu 2023 10:24 WIB ·

Modernitas Barat dan Kesalahan Salah Satu Cendekiawan Islam


 Modernitas Barat dan Kesalahan Salah Satu Cendekiawan Islam Perbesar

Oleh : Sururi Nurullah

Sering kali memperbincangkan modernitas, selaku umat Islam mersa amat cemburu terhadap orang non-Islam—bangsa barat.

Hal demikian dikarenakan adanya berbagai teknologi, pemerintahan dan perekomian yang baik. Sampai-sampai kiblat peradaban saat ini yakni kepada bangsa barat yang notabeninya non-Islam.

Keadaan demikian seakan-akan menjadi timbulnya rasa pesimis terhadap kembalinya umat Islam pada kejayaan masa lalunya. Seperti acap kali didengar, yakni Baghdat—zaman kejayaan umat Islam sampai menjadi kiblat pradaban seantero dunia.
Rasa kepesimisan itu, lalu menimbulkan berbagai keraguan akan usaha cendekiawan muslim dalam upaya mengembalikan kejayaan tersebut.

Sampai-sampai dalam salah satu cendekiawan muslim membuat apologi akan bangsa mongol—barat—telah merebut ilmu dari baghdat tanpa hati nurani. Hal demikian menjadikan ambisi kejayaan dahulu kan kembali bila umat Islam bersatu merebut ilmu bangsa barat dengan paksa. Menjadikan hukum membunuh orang kafir, digunakan tidak sebagaimana mestinya.

ISIS adalah salah satu gerakan dengan konsep pemikian itu. bangsa Barat, khususnya Amerika dianggap musuh bagi kalangan ISIS, dikarenakan adanya kekuatan kekuasaan monopoli berbagai negara di dunia. Menjadikannya gedung WTC—gedung tercanggih milik Amerika—jadi sasaran penghancuran ISIS. Juga kalau di Indenesia sendiri, yakni yang dikenal dengan DII/TII, HTI sampai FPI sekarang.

Berbagai doktrin-doktrin Islam kiri dan Islam kanan digalakan unutuk menghasut berbgai umat Islam untuk bersatu atau sport terhadap gerakan demikian.

Radikalisme adalah pijakan utama atas berbagai sesuatu yang telah terbukti dalamberbgai kasus di Indenesia.

Gerakan-gerakan demikian sebagai usaha untuk mengembalikan umat Islam, adalah hal bodoh bagi para cendekiawan muslim sendiri. Banyak sekali dari berbagai cendekiawan lain menyetujui akan itu. NU jadi suara pertama menyuarakan kesalahan pola pikir cendekiawan haluan kanan atau kiri dengan bentuk organisasi mau-pun teroris.

Sebab hal-hal demikian begitu jelas sekali akan kebodohan mereka dalam memajukan umat Islam. Bukan menjadi pembantu, malah sebaliknya, merusak tatanan umat Islam yang telah terbentuk dengan baik, berupa pengakuan baik khalayak, persaudaaan antar umat dan hubungan muslim dengan non-muslim—berupa ilmu atau perdagangan.

Sebaliknya dipikir-pikir lagi akan kemajuan atau medernitas sendiri, dicapai ketika telah menggapai hal baru (News), bukan malah mengingat hal yang lama (amcient). Sebab sebagaimana perjalanan zaman, sesuatu mempunyai batasan-batasan. Sehinggnya dari batasan-batasan itu, kian butuh akan pembaruan-pembaruan. Diman awalnya merangkak, lalu berjalan. Dari berjalan, lalu berkendara. Inilah yang disebut sirklus kehidupan berkemajuan.

Sedangkan utopia masa lalu—Baghdad—bukan solusi dan jalan menempuh kemajuan itu sendiri. Malah, jadi salah satu wabah merusak diri sendiri dan bagi orang lain. Juga terjadinya staknasi akan semakin dekat, tampak.

Sebagaimana diketahui dengan bersama, kalau sebuah kemajuan atau modernitas bangsa barat dicapai dengan sekelarisasi, dimana kemudian melahirkan leberalisme sampai atheisme.

Dari sinilah kemudian ditilik bersama akan kecacatan suatu modernitas bangsa barat sendiri, patut diketahui dan dikritisi. Hal itu kemudan jadi bahan pegangan untuk umat Islam dalam bergerak menuju modernitas tesendiri.

Suatu sekularisasi menjadi perhujudan akan bagaimana mereka fokus terhadap ilmu pengetahuan duniawi, tanpa adanya ilmu pengetahuan ukhrawi—agama. Sebab bangsa barat mempunyai pola pikir, sesuatu yang terfokus akan menjadi sangat mudah untuk digapai (knowledge) serta dicapai (News).

Lahirnya trobosan-trobosan baru ialah tentunya dari usaha pemisahan, pemfokusan terhadap hal tertentu. Maka dari itu, pastinya banyak sekali sesuatu kekuangan dalam trobosan tersebut. Utamanya diranah kemanusiaan atau ketuhanan.

Layaknya industrialisasi dianggap menajadi trobosan baik bagi perekonomian bangsa barat. Sebab keyaan bagi mereka dapat dengan mudah dicapai dari proses pengelolahan yang cepat dan banyak. Maka keuntungan bagi mereka didapat dua kali lipat dari yang biasanya—manual.

Inilah kemudian menjadi sesuatu yang digalakkan sampai sekarang. Sehingganya proses pengelolahan tidak lagi membutuhkan banak orang, tapi malah sedikit orang. Keungan dalam bentuk gaji tidak lagi banyak keluar tentunya.

Tapi dari sanalah kemudian timbul sebuah sistem kapitalisme, dimana mempunyai tagline, “kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin.” Itulah kedaan yang menimpa bangsa barat. Sehingga suatu humanisme yang digalakkan masa renaissance, tidak terhujud sempurna.

Meski pun kehadiran kapitalisme lahir salah satunya dari dorongan humanisme itu sendiri. Modernitas inikah yang di inginkan umat Islam? Kemajuan dengan menindas saudara sendiri. Individualisme hadir dikemudian hari, menguatkan penindasan tersebut.

Itulah kemudian bukti dari timbulnya sekulerisme sebagai kesalahan bangsa barat dalam menuju modernitasnya. Sedangkan umat Islam mempunyai gaya bergerak menuju modernitasnya tersendiri, yaitu tidak ada pemisahan antara pengetahuan duniawi dengan ukhrawi. Sehingganya trobosan dalam bergerak maju pastinya mempunyai niali duniawi baik, sebab adanya nilai ukhrawi yang tidak ditinggalkan.

Meski, hal tersebut menjadikan gerakan modernitas umat Islam tidak terlalu signifikan, sebab adanya berbagai pertimbangan-pertimbangan, juga antisipasi yang baik sekalugus berkelanjutan, senada dengan kemaslahatan bersama dan agama. Sehingganya pergerakan akan melamban, tidak secara signifikan layaknya bangsa barat.

*Santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi