Oleh: Nuvilu Usman Alatas
Ada banyak tindakan-tindakan kekerasan yang sering kita temui, mulai dari media massa sampai sekitar kita. Kekerasan-kekerasan yang muncul seringkali didasarkan atas perbedaan agama, kelompok, ras, suku dan lainnya.
Tindakan-tindakan yang dilakukan juga seringkali dilakukan secara brutal, bahkan menghilangkan nyawa seseorang. Polemik-polemik ini menyebabkan beberapa orang yang gelisah berusaha berpikir dan menciptakan kehidupan baru yang damai dengan caranya sendiri.
Kedamaian adalah kebutuhan utama dalam hidup manusia. Setiap manusia pasti mendambakan hadirnya kedamaian, baik damai dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain. Kedamaian merupakan ketentraman hidup yang banyak dikejar disana-sini dengan berbagai cara, bahkan untuk mewujudkannya terkadang melalui kekerasan. Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah kekerasan bisa menghadirkan kedamaian?
Pemikiran, gagasan dan ide tentang kedamaian banyak disuguhkan oleh para filsuf dan kaum intelektual lainnya, salahsatunya ialah Eric Weil, seorang filsuf dan aktifis kedamaian berkebangsaan Prancis. Menurutnya, selayaknya makhluk yang berpikir, manusia mempunyai dua kemungkinan dalam dirinya, sebagai makhluk yang rasional dan irrasional.
Rasional dan irrasional adalah cara manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Ketika berpikir menggunakan akal budinya ia disebut rasional, sedangkan ketika tidak menggunakan akal budinya ia tidak rasional.
Kekerasan yang sering dijumpai dalam hidup merupakan akibat dari pikiran yang irrasional, tidak atas dasar akal budi, melainkan dorongan nafsu dan insting belaka.
Pandangan Weil tentang kedamaian ini tentu akan ditentang oleh para pelaku kekerasan yang mengatasnamakan perbuatannya sebagai “upaya mewujudkan kedamaian”. Mereka mengklaim bahwa kekerasan yang dilakukannya merupakan cara yang benar. Tapi jauh dari itu, akal budi (rasional) tidak sebatas persoalan benar dan salah, tapi juga tentang baik dan buruk.
Kekerasan adalah perilaku yang menabrak prinsip-prinsip akal budi. Perilaku ini merupakan implementasi dari ketidakkepedulian seseorang terhadap keberadaan orang lain.
Oleh karenanya, kekerasan merupakan sesuatu yang selalu tidak dialogtif, ia hadir karena adanya kepentingan yang dipertentangkan dengan kepentingan lain. Sifatnya yang tidak terbuka dengan kehidupan yang dinamis selalu menuntutnya untuk menentang dan menolak dialog dengan perbedaan yang ada.
Atas dasar itu, Eric Weil menawarkan empat jalan perdamaian yang bisa ditempuh oleh manusia.
Pertama, Kebijaksanaan. Dalam pandangan Weil, kebijaksanaan adalah pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan kondisi dan konteks yang ada, ia kadang hadir dengan wajah yang berbeda dalam menghadapi permasalahan.
Kebijaksaan yang dilahirkan oleh orang-orang terdahulu belum tentu cocok dengan kondisi sekarang. Sehingga perlu untuk memproduksi kebijakan-kebijakan baru yang sesuai dengan konteksnya.
Weil juga menjelaskan beberapa hal yang perlu ditempuh seseorang agar bisa mencapai kebijaksanaan, yaitu: sadar tehadap diri sendiri, tahu dalam menempatkan diri, menyadari potensi, mampu memaknai hidup agar mengetahui mana yang bernilai dan tidak, mengikuti tuntunan akal budi, saling menghargai, bekerjasama dan dialogis.
Melalui Jalan ini, seseorang dimungkinkan bisa berpikir dan bertindak secara bijak dalam hidupnya.
Kedua, Filsafat. Dalam hal ini filsafat yang ditawarkan Weil ialah filsafat praktis dan kongkrit. Filsafat harus memiliki peranan yang bersinggungan langsung dalam kehidupan manusia.
Weil berpendapat, filsafat harusnya kontributif dalam mewujudkan perdamaian. Jalan filsafat akan menyadarkan manusia akan makna kedamaian. Ketika seseorang mencari kebenaran dan makna hidup, ujungnya kedamaian lebih benar dan bermakna bagi hidup daripada kekerasan. Ketika mencari dialog untuk sebuah perbedaan, ujungnya, kekerasan selalu tidak dialogtif. Kesadaran-kesadaran ini pada akhirnya akan membuka logika dan hati nurani masyarakat melalui jalan filsafat.
Ketiga, Moral. Hidup yang bermoral selalu mempertimbangkan hidup orang lain. Manusia pada dasarnya adalah makhluk bermoral, ini bisa dibuktikan dengan ketidaknyamanan dan kegelisahan manusia ketika melihat ketidakbaikan. Sebaliknya, manusia akan tersentuh ketika melihat kebaikan-kebaikan yang dilihatnya. Ketika manusia menggunakan moralnya dalam hidup, maka perdamaian dapat terwujud dengan sendirinya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kedamaian di masyarakat ialah dengan memulainya dari diri sendiri.
Keempat, Pendidikan. Weil menganggap pendidikan memberikan tiga peran dalam hidup, diantaranya peran pengetahuan, menjalin persahabatan dan keragaman dan menumbuhkan tanggung jawab sosial. Orang yang berpendidikan ialah orang yang terbuka dengan hal baru dan pengetahuan baru. Pengetahuan didapat dengan keterbukaan seseorang terhadap perbedaan-pebedaan yang ditemuinya. Pendidikan juga akan menyadarkan manusia bahwa dunia ini dinamis dan tidak bisa menampik perbedaan-perbedaan didalamnya, hingga pada akhirnya menyadarkan bahwa berdamai dengan perbedaan adalah pilihan yang paling tepat.
Empat jalan damai yang ditawarkan oleh Weil tersebut adalah hasil perenungannya terhadap sebab-sebab munculnya kekerasan yang dia temui. Empat tawaran tersebut bisa kita terapkan dalam kehidupan untuk mewujudkan perdamaian.