Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 19 Jun 2022 23:43 WIB ·

“Menanak Ilmu” Di Pesantren  


 Foto: Mutawakil (Tebuireng) Perbesar

Foto: Mutawakil (Tebuireng)

Menanak adalah aktivitas keseharian yang biasa dilakukan oleh kalangan santri di pesantren. Menanak merupakan proses yang dijalani oleh seorang santri dalam mencapai kekenyangan selama berada di pesantren. Dalam menanak, ada proses yang dilalui: mencari bahan-bahan pokok yang dibutuhkan seperti nasi, lauk pauk, sayur dan berbagai macam alat lainnya yang dibutuhkan dalam proses menanak. di samping itu, dalam proses menanak ada alat yang harus digunakan oleh seorang santri seperti kompor, kayu bakar, minyak bumi, atau bahkan alat-alat modern lainnya.   

Di beberapa pesantren yang ada di negara Indonesia, tradisi menanak barangkali sudah mengalami perkembangan dengan berbagai macam alat yang digunakannya. Mayoritas santri dan pesantren hari ini ada yang masih mempertahankan tradisi menanak ini, tetapi ada juga yang sudah meninggalkannya. Bahkan, ada sebagian pesantren yang meniadakan dengan alasan agar para santri bisa fokus belajar di pesantren, tidak memikirkan permasalahan perut, tetapi lebih kepada bagaimana pesantren bisa mencetak generasi cerdas dan melahirkan skill seorang santri yang mumpuni di bidangnya.  

Jika diamati dengan seksama sejatinya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di pesantren setidaknya sudah mendekati sistem full day school. Sehingga, untuk sekedar menanak kemudian dinikmati bersama dengan santri lainnya seakan memang tidak memungkinkan di lakukan di pesantren. Namun, siapa sangka jika menanak di pesantren menjadi pelajaran berharga ketika santri terjun di dunia masyarakat, lebih-lebih bagi santriwati yang akan berkeluarga dan bersentuhan langsung dengan tradisi menanak dan memasak ini.  Atau santri laki-laki yang bisa membantu istrinya ketika istrinya sedang sibuk atau bahkan saat sedang melahirkan. Karenanya, pendidikan menanak juga menjadi ilmu yang penting diamalkan dan dipraktikkan oleh seorang santri.

Sebagian pesantren yang lain masih ada yang mempertahankan tradisi menanak ini. Di samping, karena menanak di pesantren lebih hemat, menanak juga menjadikan santri senantiasa bersabar dan tidak berprilaku instan atau pragmatis. Mereka harus bersusah payah selepas belajar menunggu nasi yang akan matang. Maka, bisa jadi tradisi menanak menjadikan santri lebih tanguh dan mementingkan proses kematangan. Dalam hal apapun, mental menanak ini akan mencipatakan mental seorang santri menjadi lebih terlatih dalam urusan dapur rumah tangganya kelak.  

Menanak di pesantren memang ada sisi positif dan negatifnya masing-masing. Dalam proses menanak di pesantren sejatinya seorang santri telah menjadikan kebiasaan ini sebagai salah satu strategi bagaimana menanak menjadikan dirinya mencari ilmu dengan matang, memprosesnya dan bahkan menguji ilmu tersebut demi sebuah sajian keilmuan yang bisa dikombinasikan dengan baik ke tengah-tengah masyarakatnya.

Menanak ilmu di pesantren tentu akan terasa sangat gurih karena selain mendapatkan ilmu pengetahuan dari teks-teks karya para ulama juga bisa menjadikan seseorang mendapatkan tambahan nilai spiritual dan mental yang senantiasa disemai dengan baik. Santri yang menanak ilmunya selama di pesantren dengan racikan yang segar akan melahirkan tokoh-tokoh intelektual bangsa yang benar-benar tangguh secara emosional dan spiritual.

Maka, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam akan menjadi wadah yang akan mencetak seorang santri menjelma manusia yang siap disajikan dengan keilmuan spiritual dan emosional serta intelektual yang diasahnya selama berada di pesantren.

Menanak adalah sejenis bahasa kehidupan pesantren yang diimpelementasikan ke dalam ke dalam realitas. Tradisi menanak di pesantren menjadi salah satu landasan dalam mempertahankan ajaran agama agar tetap berpangku kepada nilai-nilai dan jerih payah yang dilakukan dengan buatan sendiri. Selain, terdapat nilai-nilai kesederhaan di dalamnya, tradisi ini menjadi satu perekat sesama santri di lingkungan pesantren.

Merawat bangsa dan negara harus dimulai dari nilai-nilai kesederhanaan dan kemandirian yang ada di pesantren. Karena pesantren adalah lembaga yang berhasil dalam merawat agama dan bangsa ini dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga menanak tidak hanya, berorientasi terhadap apa yang dikerjakan oleh seorang santri di Dapur, akan tetapi menanak adalah bahasa untuk memperoleh dan menghasilkan ilmu dengan penuh kematangan dengan takaran dan perpaduan yang pas ketika dihidangkan di tengah-tengah masyarakat.

Merawat ajaran agama dan bangsa dengan proses menanak di pesantren adalah bentuk kemandirian dan upaya dalam menangkal budaya pragmatisme dan hedonisme yang menjamur di tengah masyarakat. Sehingga, dengan tradisi menanak ini, seorang santri akan berpikir kreatif untuk menghasilkan makanan yang lezat dan bisa dihidangkan dengan penuh bermakna.

Abdul Warits, Editor Santrikeren.id.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Santri dan Maulid Nabi

16 September 2024 - 11:22 WIB

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Tiga Sikap dan Karakter Kiai Indonesia yang Perlu Diketahui

30 Agustus 2024 - 22:31 WIB

Esensi Makna Kiai

30 Agustus 2024 - 22:20 WIB

Anak Muda dalam Membangun Kehidupan yang Toleran: Studi Kasus di Madura

30 Agustus 2024 - 20:51 WIB

Trending di Suara Santri