Di Indonesia keragaman tidak hanya menjadi symbol semata. tetapi sebagai materi fisik dalam berupaya menjaga dan memelihara kearifan etnik dan budaya kultural didalamnya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa menjaga keragaman diIndonesia tidaklah sulit.karena terdapat tesis baru yang membenarkan bahwa sesungguhnya keragaman ternyata lebih mudah di ucapkan daripada diimplementasikan secara konkrit di Indonesia.
Meskipun konflik antarwarga, antarkelompok, antaretnik, dan antaragama di berbagai daerah sudah beberapa kali terjadi. Sangat jelas bahwa setiap konflik tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa seluruh elemen pembentuk bangsa yang sangat beragam ini belum mau dan mampu memelihara hidup berdampingan secara damai dan harmonis.
Sikap-sikap yang belum mau dan mampu memahami keragaman di Indonesia itu sudah pasti menjadi bibit bagi maraknya budaya kekerasan di berbagai daerah lainnya. Dan sudah tentu, yang akan di khawatirkan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Indonesia sendiri menjadi Negara yang berhasil dalam hal demokrasi. Dimana salah satu kekuatan yang selalu ditonjolkan dan dibanggakan adalah keragaman. Baik suku, ras, agama, Bahasa dan budayanya.
Di al-qur’an sendiri terdapat ayat yang menerangkan tentang keragaman suku bangsa yang paling spesifik, dan sering menjadi landasan keniscayaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian menjadi laki-laki dan perempuan, dan (dengan menciptakan manusia berpasangan) kami telah jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling bertakwa diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. QS surah al-Hujurat [49]: 13,
Ada juga ayat lain yang menjelaskan bahwa manusia merupakan keturunan yang sama dari Nabi Adam As dan Siti Hawa, yang kemudian berketurunan terus menerus, berkembang biak menjadi beragam suku dan bangsa dengan warna kulit yang berbeda.seperti dijelaskan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Wahai manusia!, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari jiwa yang satu, dan menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya dan memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.QS Surah An-Nisa [4]: 1,
Kenyataan yang sesungguhnya bahwa manusia berasal dari nenek moyang yang sama lalu berkembang biak sehingga menjadi bersuku, berbangsa dan berbudaya dikaitkan dengan ajaran menjaga hubungan persaudaraan. Sebagai manusia yang saling berkasih sayang antar keluarga sebagaimana ayat diatas. Yang menjalin suku bangsa sebagai keniscayaan.
Ibn Katsir juga mengutip di kitabnya yang lain, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, tentang riwayat berisi kritik Rasulullah Saw. terhadap perilaku merendahkan orang lain. sebagaimana kisah yang disebutkan oleh Ibn ‘Abbas, ketika sejumlah orang di kota Mekkah sempat ‘nyinyir’ ketika Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan azan,
قال ابن عباس : لما كان يوم فتح مكة أمر النبي – صلى الله عليه وسلم – بلالا حتى علا على ظهر الكعبة فأذن ، فقال عتاب بن أسيد بن أبي العيص : الحمد لله الذي قبض أبي حتى لا يرى هذا اليوم . قال الحارث بن هشام : ما وجد محمد غير هذا الغراب الأسود مؤذنا . وقال سهيل بن عمرو : إن يرد الله شيئا يغيره . وقال أبو سفيان : إني لا أقول شيئا أخاف أن يخبر به رب السماء ، فأتى جبريل النبي – صلى الله عليه وسلم – وأخبره بما قالوا ، فدعاهم وسألهم عما قالوا فأقروا ، فأنزل الله تعالى هذه الآية . زجرهم عن التفاخر بالأنساب ، والتكاثر بالأموال ، والازدراء بالفقراء ، فإن المدار على التقوى . أي : الجميع من آدم وحواء ، إنما الفضل بالتقوى
Ibn ‘Abbas berkata: Ketika Fath Makkah terjadi, Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Lalu ‘Utab bin Usaid bin Abi al-‘Aish berkata: “Alhamdulillah, bapakku sudah wafat jadi tidak menyaksikan hari ini.” Al-Harits bin Hisyam berkata: “Muhammad tidak punya muazin lain selain gagak hitam ini.” Suhail bin ‘Amr berkata: “jika Allah berkehendak, Dia akan mengubah ini.” Abu Sufyan berkata: “saya tidak bilang apapun yang saya takut Tuhan di langit akan mengujinya untuk kita.” Jibril lalu menemui Nabi Saw. dan memberitahu apa yang mereka katakan. Lalu Nabi Saw. memanggil mereka semua dan menanyakan apa betul mereka mengatakan hal itu. Lalu mereka mengiyakan. Lalu Allah menurunkan ayat ini, untuk melarang mereka saling berbangga karena keturunan, berlomba memperbanyak harta, menghina yang fakir. Sesungguhnya intinya adalah ketakwaan. Maksudnya: semua manusia itu keturunan Adam dan Hawa. Kemuliaannya hanya terletak pada ketakwaannya.
Menyelamatkan Keragaman
Maraknya kekerasan yang didasari oleh ketidaksaling toleransi bangsa ini menjadi sebuah konflik keragaman yang nyata. Maka dari itu sebgai warga Negara yang berbudi luhur dengan sifat tenggang rasa yang baik, sepatutnya kita menjadi penggerak dalam upaya menyelamatkan bangsa ini dari berbagai konflik yang ada diseluruh penjuru daerah.
Solusi terbaik guna menghadapi fenomena kekerasan yang terjadi adalah mengambil Langkah untuk Kembali menuju janji ke-Bhinneka-an/janji keragaman bangsa Indonesia. Agar keretakan Kembali tertambal aakibat terkoyaknya keragaman
Dalam menata sebuah bangsa kita tentu membutuhkan acuan sebagai tonggak kepercayaan. Oleh sebab itu, empat pilar bangsa kita, , yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan landasan kehidupan sehari-hari bukan hanya sebagai ucapan semata.
Bhinneka Tunggal Ika telah memberikan solusi terbaik atas persoalan terkoyaknya keragaman di Indonesia. Sebagai lantaran terwujudnya solidaritas, soliditas dan toleransi antarwarga, antar kelompok, antaretnik, dan antaragama di Indonesia. Dan Bhinneka Tunggal Ika harus kita dijadikan paradigma hidup berbangsa dan bernegara.
Peran Pemerintah
Menjawab diatas, tentu pemerintah harus memediatori setiap masalah yang terjadi di setiap daerah. Pemerintah jangan hanya mengamati konflik yang senantiasa terjadi di setiap daerah, khususnya daerah yang rawan konflik. Pemerintah harus hadir di tengah konflik itu, dan pastinya memberikan solusi.
Karena peran pemerintah tidak bisa lepas dalam mengupayakan terciptanya kerukunan dan toleransi antar apapun di negara ini. Oleh karena itu, sudah saatnya negara “pemerintah” harus menggalang kekuatan bersama dan melakukan upaya-upaya menyinergikan semua pihak untuk memperbaiki dan memelihara keberagaman di Indonesia yang sering terkoyak.
Sumber: https://bincangsyariah.com/kolom/ayat-al-quran-tentang-keragaman-suku-bangsa/