Oleh: Abdul Warits
Radikalisme dan terorisme tetap menjadi ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan Indonesia. Memasuki tahun 2025, berbagai tokoh nasional memberikan pandangan mereka mengenai tantangan yang dihadapi serta strategi penanggulangan yang perlu diterapkan. Berikut adalah perspektif dari lima tokoh terkemuka:
1. Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar menekankan bahwa propaganda kelompok teroris seringkali menggunakan narasi keagamaan untuk mempengaruhi masyarakat. Beliau mengingatkan bahwa pola propaganda, rekrutmen, dan indoktrinasi telah bertransformasi ke bentuk digital. Fenomena radikalisasi melalui dunia maya tanpa interaksi langsung menjadi tantangan baru yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, strategi kontra-narasi kekerasan harus diterapkan baik di dunia nyata maupun maya untuk mencegah ide radikalisme masuk ke dalam kehidupan masyarakat.
2. Tjahjo Kumolo – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
Menteri Tjahjo Kumolo menilai bahwa tantangan bangsa hingga saat ini adalah masalah radikalisme, terorisme, dan intoleransi. Beliau menekankan pentingnya peran tokoh ulama dan guru dalam membangun ideologi masyarakat yang cinta damai dan saling menyayangi meski di tengah ragam perbedaan. Menurutnya, dialog menjadi kunci dalam melawan radikalisme dan terorisme, serta dalam merukunkan dan menyatukan bangsa yang beragam.
3. Ganjar Pranowo – Gubernur Jawa Tengah
Gubernur Ganjar Pranowo menekankan pentingnya budaya silaturahmi dalam mencegah penyebaran paham radikal. Menurutnya, di tengah pandemi, silaturahmi tidak boleh terkikis karena menjadi wadah yang baik untuk menjalankan tugas negara dalam mewujudkan Indonesia yang damai, aman, dan sejahtera. Beliau juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap narasi yang disebarkan oleh jaringan teroris, terutama yang menggunakan media sosial untuk propaganda.
4. Haris Fatwa – Pengamat Terorisme
Haris Fatwa mengingatkan bahwa meskipun tidak ada serangan teroris yang signifikan di akhir masa pemerintahan sebelumnya, proses yang melandasi aksi teror seperti intoleransi, radikalisasi, dan rekrutmen masih laten dan bergerak membentuk ancaman baru. Beliau menyoroti bahwa penangkapan terduga teroris di berbagai daerah menunjukkan bahwa ancaman ini masih nyata. Oleh karena itu, upaya penanggulangan harus terus ditingkatkan dengan memperhatikan transformasi pola propaganda dan rekrutmen yang semakin canggih.
5. Catur Imam Pratignyo – Inspektur BNPT
Catur Imam Pratignyo menyampaikan bahwa kejahatan terorisme tidak terkait dengan agama tertentu. Beliau menekankan bahwa paham radikalisme dan terorisme bergerilya di media sosial, memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan ideologi mereka. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital dan kewaspadaan terhadap konten yang mengandung unsur radikal. Selain itu, peran aktif dalam melaporkan konten mencurigakan juga menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan.
Para tokoh di atas sepakat bahwa tantangan radikalisme dan terorisme di Indonesia pada tahun 2025 semakin kompleks dengan adanya transformasi ke ranah digital. Pendekatan yang komprehensif, melibatkan dialog, pendidikan, literasi digital, dan peran aktif masyarakat, menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan penanggulangan. Kolaborasi antara pemerintah, tokoh agama, pendidik, dan masyarakat luas diperlukan untuk menjaga Indonesia tetap damai dan harmonis.