Oleh : Mohammad Haris – Duta Damai Santri Jatim
Hingga saat ini, Pendidikan memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan kehidupan, baik dari aspek SDM, teknologi dan aspek lainnya. Di era modern, Pendidikan mengalami pergeseran menuju pendekatan yang lebih pragmatis, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu fokus utama dalam proses pembelajaran saat ini, dengan tujuan untuk mempersiapkan individu agar siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin komplek dan beruah-rubah.
Pendidikan merupakan pondasi terhadap kemajuan suatu bangsa, namun saat ini dunia Pendidikan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang kompleks dan dinamis. Perkembangan teknologi yang membuat seseorang lebih mudah melakukan apapun dan berdampak kepada sikap malas, perubahan sosial dengan adanya buadaya-budaya baru yang masuk merusak karakter manusia, dan tuntukan akan kualitas hidup yang lebih tinggi menjadi beberapa fokus utama yang menjadi tantangan Pendidikan dimasa depan.
Dari beberapa permasalah umum itu, dapat kita uraikan menjadi beberapa tantangan yaitu Pertama, revolusi digital serta kemajuan teknologi dan informasi yang sangat signifikan namun tidak di imbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni. Disatu sisi kita memiliki guru yang didalam statistik menunjukkan hanya sedikit yang memenuhi standar kompetensi yang diharapkan, sementara di sisi lain Ai dan teknologi digital yang berkembang dengan kecepatan yang sangat menghawatirkan, siap menggantikan aspek tradisional dalam kehidupan kita, termasuk cara kita belajar dan mengajar. SDM siswa di Indonesia juga masih rendah sehingga mereka belum siap untuk menghadapi tantang revolusi digital dan kermajuan teknologi yang sudah jelas sangat bergantung kepada kecakapan analitis dan kritis.
Kedua, tingkat Literasi yang semakin hari semakin menurun. Kemampuan literasi siswa berdasarkan Rapor Pendidikan 2023 berada dalam kategori sedang. Rapor Pendidikan 2023 mendefinisikan kategori sedang sebagai kondisi dimana sebanyak 40-70 persen siswa mencapai minimum literasi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh masuknya teknologi dan budaya yang kurang baik, hadirnya suguhan-suguhan menarik di genggaman kita sehingga kita lebih banyak berinteraksi dengan smartpone, lebih banyak scroll media sosial daripada dengan buku.
Selain itu, adanya perkembangan zaman yang semakin memudahkan segala urusan menjadikan manusia semakin malas untuk beraktifitas. Mau beli makanan tidak perlu repot keluar rumah, tinggal rebahan kemudian pesan melalui aplikasi smartpone saja. Dan aktifitas lainnya yang sudah sangat mudah dijangkau hanya melalui genggaman. Sehingganya, dengan kemudahan-kemudahan itu menjadikan seseorang malas termasuk malas untuk membaca buku-buku wawasan Pendidikan. Meskipun sebenarnya dengan teknologi aktifitas literasi bisa lebih mudah dijangkau pula, namun dikalahkan oleh rasa malas yang ada pada diri kita.