Pulang, Pulanglah Engkau
: Banuaju Timur
Pulang, pulanglah
Masih banyak yang harus di tampung selain airmata
Ladang tempat benih tumbuh menuai padang impian telah murung
Tak ada yang membajaknya
Sepasang sapi jantan yang kita asuh berdua kurus tak terurus
Rumah tempat kita singgah telah lusuh
Atapnya di makan rayap
Dindingnya roboh saking lamanya di tinggalkan.
Ini musim hujan
Mari kita pulang bersama
Menanam benih jagung, padi, serta kacang panjang
Agar akhir bulan kita pesta panen dari tangan sepasang pecinta yang kelaparan.
Jogja 2023
Ayahku Tak Pernah Memelihara Anjing
45 tahun sudah berlalu
Usia ibu di habiskan untuk menanak nasi dan menggoreng sakit di dapur, menghidangkan sarapan selamat cinta kepada ayah dan sesekali mencium keningny yang keriput.
Ayah tersentak kaget,
“Mimpi apa kau semalam kekasih?”
Ibu tertawa sambil mengelus punggung ayah yang sering nyeri
“Aku bermimpi engkau di kejar anjing sayang”
Mata ayah berbinar merasa tak percaya akan mimpi ibu
“Anjing seperti apa yang telah mengejarku kekasih”
Ibu terdiam, menarik nafas dalam-dalam se dalam jurang yang akan ia jadikan rumah paling sepi bahkan tak akan ada tetangga kecuali menunggu surga indah.
Sepanjang jalan ayah masih berpikir
Padahal aku tak pernah memelihara anjing
Lantas anjing siapakah itu yang berani mengusik tidur kekasihku?
Jogja 2023
Tak ada hujan bulan ini
Kemarau panjang telah tiba kekasih
Hujan tak akan lagi menitip perih paling pedih dalam hati
Karena ia telah menyeka tangisnya di rahim sunyi.
Tak usah kau cemas, mantel sisa pelukmu akan aku kemas
Kenanganmu juga sudah ku masukkan ke tas, bahkan
Bekas ciuman bibir mantanmu pun sudah ku hempas hapus dengan tuntas.
Kini kita akan sama-sama menyaksikan gugur daun-daun, ranting rapuh yang jatuh.
Serta kicau burung yang setiap pagi akan membangunkanku dari mimpi konyol tak beraturan.
Jogja 2023
Jogja aku temukan puisiku
Di jogja aku menemukan puisiku sedang menunggu
Serupa bapak yang rindu pada anak-anaknya
Juga ibu yang ingin memeluk tubuh setelah sekian lama berpisah.
Kotagede 2023
Wail Ar pemuda kelahiran Sumenep Madura, mahasiswa UNU Yogyakarta, sejumlah puisinya dimuat di Jawa Pos Radar Madura, Harian Bhirawa, Rumah Baca, Literasi Sumenep, Negeri Kertas, Dunia Santri, lintang Indonesia