Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 31 Mei 2024 18:49 WIB ·

Makna dan Hikmah Ibadah Haji dalam Islam: Refleksi dari Al-Baqarah/2:197 dan Ali ‘Imran/3:96-97


 Makna dan Hikmah Ibadah Haji dalam Islam: Refleksi dari Al-Baqarah/2:197 dan Ali ‘Imran/3:96-97 Perbesar

Oleh: Erik Setiawan 

ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ .

Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, maka barangsiapa yang mewajibkan (atas dirinya) untuk berhaji di dalamnya (bulan-bulan itu), maka tidak ada rafats (bercampur dengan isteri, cumbu-rayu, dan berkata cabul), tidak ada kefasikan (berucap atau berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma susila dan agama) dan tidak ada bantah-bantahan di dalam haji. Dan apa pun yang kamu kerjakan berupa kebaikan, (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah kamu! Maka, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal bersih, murni, dan cerah!

Musim atau waktu haji terdiri dari beberapa bulan yang dimaklumi, yaitu bulan Syawwal, Dzulqa’idah, dan 9 Dzulhijjah, termasuk malam ke-10, yakni malam Idul Adha. Ayat pertama dari QS al-Baqarah/2:197 tidak menyebutkan secara eksplisit kata “musim” atau “waktu” dalam redaksinya. Ini untuk menegaskan bahwa bulan-bulan tersebut memiliki kesucian intrinsik yang harus dihormati, baik oleh mereka yang melaksanakan haji maupun yang tidak. Semua orang diharapkan menjaga kesucian bulan-bulan ini dengan menghindari dosa dan peperangan.

Bulan-bulan yang dimaklumi sudah diketahui oleh masyarakat Arab sejak sebelum Nabi Muhammad diutus. Barangsiapa yang mewajibkan haji atas dirinya dengan menetapkan niat dalam bulan-bulan tersebut, maka ia harus menjauhi rafats (bercampur dengan isteri, berkata cabul), kefasikan (melanggar norma-norma susila dan agama), dan jidal (pertengkaran) selama masa haji. Ungkapan “dalam bulan-bulan itu” menunjukkan bahwa ibadah haji dapat terlaksana meskipun tidak dilaksanakan sepanjang bulan-bulan tersebut. Dengan demikian, waktu haji bukan seperti puasa Ramadan yang harus dilaksanakan dari awal hingga akhir bulan kecuali bagi yang memiliki uzur (halangan).

Waktu haji yang panjang, yaitu 2 bulan 10 hari, memberi kesempatan untuk memantapkan niat, melakukan persiapan bekal jasmani dan rohani, serta perjalanan yang memerlukan waktu lama. Namun, ada malam-malam tertentu yang tidak sah untuk pelaksanaan haji, seperti wukuf di ‘Arafah yang harus dilakukan pada 9 Dzulhijjah dan tidak boleh setelah terbitnya fajar 10 Dzulhijjah.

Pengertian Ibadah Haji

Ibadah haji adalah sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Allah. Haji disyariatkan pertama kali pada tahun keenam Hijrah, sebagaimana tercantum dalam QS Ali ‘Imran/3:96-97. Secara bahasa, kata “al-Hajj” berarti menyengaja. Dalam syariat Islam, haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah di Mekah untuk melakukan serangkaian ibadah sesuai rukun dan syarat yang ditentukan. Haji adalah rukun Islam kelima, yang diperintahkan setelah ibadah salat, puasa Ramadan, dan zakat.

Hikmah di Balik Sejarah Pelaksanaan Ibadah Haji

Ibadah haji mengandung nilai-nilai historis. Mengenakan pakaian ihram melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih. Dengan pakaian putih, mereka berkumpul untuk wukuf di ‘Arafah. Kata wukuf berarti berhenti, dan ‘Arafah berarti naik-mengenali. Secara fisik, tubuh berhenti di Padang ‘Arafah, sementara jiwa naik menemui Allah. Wukuf di ‘Arafah memberikan kesadaran akan yaumul mahsyar, di mana manusia diminta mempertanggungjawabkan segala yang telah dikerjakannya di dunia. Di Padang ‘Arafah, manusia menyadari betapa kecilnya dirinya dan betapa agungnya Allah, serta bahwa semua manusia sama di hadapan Allah, berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Ibadah thawaf dan sa’i yang dilakukan secara serempak mengesankan keagungan Allah. Bacaan-bacaan yang dikumandangkan mensucikan dan mentauhidkan Allah, mengingatkan umat Islam untuk hidup dinamis, penuh gerak dan perjuangan demi meraih ridha Allah. Peristiwa sa’i mengingatkan perlunya hidup sehat disertai usaha sungguh-sungguh dalam meraih kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan paripurna.

Pada bulan haji, umat Islam sedunia mengadakan pertemuan tahunan besar-besaran di bawah lindungan Ka’bah. Ka’bah menjadi lambang persatuan umat. Pertemuan ini harus dimanfaatkan untuk pembinaan dan pembangunan masyarakat Islam, baik nasional maupun internasional. Ibadah haji mendorong umat Islam menjadi manusia yang luas gerak dan pandangan hidupnya, menambah ilmu dan pengalaman melalui perkenalan dengan berbagai bahasa. Perkenalan ini melahirkan saling pengertian, hormat, dan harga-menghargai di antara sesama umat Islam dari berbagai penjuru dunia.

Nilai Sosial dan Ekonomi Ibadah Haji

Ibadah haji bukan hanya memiliki nilai spiritual tetapi juga nilai sosial dan ekonomi. Berkumpulnya jutaan umat Islam dari berbagai negara di satu tempat menciptakan peluang besar untuk memperkuat ikatan persaudaraan, memahami budaya lain, dan menjalin kerja sama internasional. Dalam suasana ibadah, umat Islam belajar tentang toleransi, kerja sama, dan kebersamaan, yang semuanya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi ekonomi, ibadah haji mendorong umat Islam untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sehingga mampu memenuhi syarat “mampu dan kuasa” untuk melaksanakan haji. Hal ini memotivasi banyak orang untuk bekerja lebih keras, menabung, dan merencanakan masa depan keuangan mereka dengan lebih baik. Selain itu, haji juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi negara-negara yang menjadi tujuan perjalanan para jamaah haji.

Pendidikan Spiritual

Melalui proses haji, setiap jamaah menjalani pendidikan spiritual yang mendalam. Mereka diajarkan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dengan mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Haji menjadi momen transformasi diri, di mana setiap individu memperbaiki diri dan kembali ke kehidupan sehari-hari dengan semangat baru untuk hidup lebih baik dan lebih taat kepada Allah.

Kegiatan seperti thawaf, sa’i, wukuf di ‘Arafah, dan lain-lain bukan hanya ritual fisik, tetapi juga mengandung makna mendalam yang mengajarkan tentang pengorbanan, ketekunan, ketulusan, dan ketaatan. Setiap langkah dalam ibadah haji mengingatkan jamaah pada perjalanan hidup manusia yang penuh ujian dan tantangan, serta pentingnya selalu mengingat Allah dalam setiap situasi.

Haji Sebagai Sarana Dakwah

Haji juga berperan sebagai sarana dakwah yang efektif. Dengan berkumpulnya umat Islam dari berbagai penjuru dunia, setiap individu memiliki kesempatan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, memperkenalkan budaya Islam yang penuh kedamaian, dan menunjukkan solidaritas umat Islam secara global. Pertemuan tahunan ini menjadi momen penting untuk memperkuat identitas Islam dan menunjukkan kebersamaan umat dalam menjalankan ajaran agama.

Ibadah haji adalah salah satu pilar Islam yang memiliki makna mendalam dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual, sosial, ekonomi, maupun pendidikan. Dengan segala nilai dan hikmah yang terkandung di dalamnya, haji menjadi perjalanan spiritual yang memperkaya jiwa, memperkuat iman, dan mengubah kehidupan setiap jamaah menjadi lebih baik. Melalui ibadah haji, umat Islam tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga mempererat ikatan persaudaraan, meningkatkan kesejahteraan, dan menyebarkan pesan damai Islam kepada seluruh dunia.

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tantangan dan Peluang Pesantren di Era Modern

27 September 2024 - 14:53 WIB

Mengetahui Seseorang Banyak Membaca Buku atau Tidak, Begini Caranya

22 September 2024 - 14:08 WIB

Peran Perempuan Muslim dalam Kepemimpinan: Menggali Kembali Ajaran Islam tentang Keadilan Gender

22 September 2024 - 14:04 WIB

Perayaan Maulid Nabi Sarana Memperkuat Persatuan Kebangsaan

21 September 2024 - 11:07 WIB

Pesantren: Pusat Pendidikan dan Pengembangan Karakter

21 September 2024 - 08:35 WIB

Upaya Dasar Pencegahan Bullying Di Pesantren

20 September 2024 - 21:13 WIB

Trending di Suara Santri