Oleh: Erik Setiawan
Pada zaman modern yang penuh kompleksitas, di mana ilmu pengetahua dan teknologi telah mencapai puncak kecanggihanya dan merambah ke seluruh penjuru dunia, manusia sering kali merasa terombang-ambing dalam arus kehidupan yang serba materialistik dan terkoyak antara egoisme dan individualisme. Hubungan antarmanusia di era modern seringkali menjadi impersonal, merenggangkan keakraban yang pernah ada. Nilai-nilai masyarakat tradisional yang erat dan penuh kebersamaan mulai tergerus oleh gelombang masyarakat modern yang cenderung terppisah-pisah. Semua fenomena ini berkontribusi pada perasaan manusia yang semakin kehilangan identitas dan diri mereka sendiri. Di tengan kondisi seperti ini, manusia harus mampu mempertahankan kendali atas diri mereka sendiri dan memperkuat kepribadian mereka agar tidak terkoyak oleh tekanan zaman.
Kesehatan mental adalah salah satu aspek kesejahteraan yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan kita . Kondisi mental yang baik adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang seimbang, bahagia, dan produktif. Dalam Islam, ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW memiliki banyak hikmah dan panduan yang bisa membantu kita memahami dan merawat kesehatan mental kita . Artikel ini akan membahasa pentingnya kesehatan mental dalam Islam, dan bagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW dapat membantu kita mencapainya.
Zakiah Derajat, dalam tulisanya yang terbit pada tahun 1990, menggambarkan bahwa ketenangan hidup, ketentraman jiwa, atau kebahagiaan bati tidak sepenuhnya bergantung pada faktor-faktor exsternal seperti situasi sosial, ekonomi, politik, atau budaya . lebih jauh faktor-faktor ini memiliki pengaruh terbatas terhadap kebahagiaan dan ketenangan jiwa kita . Yang lebih penting adalah bagaimana kita menghadapi dan menyikapi faktor-faktor ini dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap individu yang mengalami gangguan kesehatan mental juga mengungkapkan hal serupa. Gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Dampaknya dapat dirasakan pada perasaan , pikiran, perilaku, dan bahkan kesehatan fisik. Kasus yang lebih berat, seperti penyakit jiwa(psychoses), dapat memberikan dampak yang lebih serius lagi.
Kesehatan Mental dalam Islam
Islam adalah agama yang komprehensif dan mencakup segala aspek kehidupan termasuk kesehatan mental. Kesehatan mental dalam Islam tidak hanya mencakup ketenangan pikiran, tetapi juga keseimbangan emosional dan spiritual. Seorang Muslim dianjurkan untuk menjaga kesehatan mentalnya agar dapat lebih baik melayani Allah dan berhubungan kepada manusia.
Ayat al-Qur’ān tentang kesehatan mental yang diterapkan dalam kesabaran dalam menghadapi cobaan, Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 286.
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupanya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebaikan) yang diusahakanya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (mereka berdoa,) ‘Wahai Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami,janganlah sengkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana sengkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka , ttolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir,'” (QS. Al-Baqarah ayat 286).
Ayat ini menegaskan bahwa menjaga kesehatan mental adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan merupakan salah satu aspek kesejahteraan yang dianjurkan dalam Islam.
Hadis Nabi solusi menjaga Kesehatan Mental
Hadis Nabi Muhammad SAW adalah sumber ajaran dan inspirasi bagi umatIslam. Hadis-hadis ini mengandung banyak petunjuk tentang menjaga kesehatan mental yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa pandangan dan solusi Hadis Nabi terkait dengan menjaga kesehatan mental:
1. Sabar dan Ridha:
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk bersabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan. Sabar adalah kunci untuk mengatasi stres dan kecemasan. Nabi mengingatkan kita bahwa setiap kesulitas pasti akan ada kemudahan.
وقال عليه الصلاة والسلام: {الصَّبْرُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَوْجُهٍ: صَبْرٌ عَلَى الفَرَائِضِ، وصَبْرٌ عَلَى المُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ عَلَى أذَى النَّاسِ، وصَبْرٌ عَلَى الفَقْرِ. فَالصَّبْرُ عَلَى الفَرائِضِ تَوْفِيقٌ، وَالصَّبْرُ عَلَى المُصِيبَةِ مَثُوبَةٌ، وَالصَّبْرُ عَلَى أذَى النَّاسِ مَحَبَّةٌ، والصَّبْرُ عَلَى الفَقْرِ رِضَا الله تَعَالى}.
Artinya : “Nabi Shollaloohu Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sabar itu ada empat: sabar dalam menunaikan fardhu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia, dan sabar dalam kefakiran. Sabar dalam menjalankan kewajiban adalah taufiqsabar dalam menghadapi musibah berpahala, sabar dalam menghadapi ganguan manusia adalah cinta dan sabar dalam kefakiran adalah ridho Allah ta’ala.”
2. Do’a dan Tawakal:
Nabi Muhammad SAW selalu menekankan pentingnya berdo’a kepada Allah SWT dalam segala situasi. Do’a adalah yang kuat untuk meredakan kecemasan dan mengatasi gangguan mental. Ketika kita meletakan sepenuhnya kepercayaan kepada Allah, itu membantu mengurangi beban mental kita.
Usaha dan tawakal merupakan satu paket sifat yang harus dimiliki oleh Muslim. Keduanya tidak berdiri sendiri. Saking kerasnya perintah agar manusia Muslim berusaha, Umar bin Khattab pernah mengusir seseorang yang kerjanya hanya berdoa di masjid. Beliau berkata kepada orang itu: “Tidak ada hujan uang dari langit.”
Riwayat lain menyebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad akan mengerjakan shalat Ashar di Masjid Nabawi Madinah, tiba-tiba ada seorang jamaah datang dari luar kota, menggunakan kendaraan mahal, yaitu unta berwarna merah. Orang itu melepaskan untanya tanpa diikat terlebih dahulu, kemudian memasuki masjid, mengikuti shalat jamaah.
Melihat sikap orang ini Nabi Muhammad kembali dari depan dan bertanya kepadanya: “Fulan kenapa engkau lepas untamu?” Orang itu menjawab, “Aku bertawakal kepada Allah. Kalau Allah takdirkan untaku hilang, meskipun aku ikat pasti hilang. Dan jika Allah takdirkan unta itu tidak hilang, meskipun kami lepas ia tidak akan hilang”.
Nabi Muhammad pun bersabda: I’qilha wa tawakkal (tambatkanlah terlebih dahulu (untamu) kemudian setelah itu bertawakal-lah). Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dengan kadar hadis hasan. Tawakal bukan berarti penyerahan mutlak nasib manusia kepada Allah semata. Namun penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusia.
3. Keluarga dan Komunitas:
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingya hubungan yang sehat dengan keluarga dan komunitas. Kebersamaan, dukungan, dan kasih sayang dari orang-orang terdekat kita dapat memberikan perlindungan dan dukungan penting bagi kesehatan mental.
Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-anshori:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ” .رواه البخاري .
Artinya: “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR Bukhari).
Hadis diatas menunjukan bagaimana pentingya menjaga hubungan baik keluarga maupun teman dapat menjaga kesehatan mental .
Kesimpulan bahwa kesehatan mental adalah bagian integral dari kehidupan kita dan merupakan salahsatu aspek kesejahteraan yang dianjurkan dalam Islam. Ajaran Hadis Nabi Muhammad SAW memiliki banyak hikmah dan panduan yang dapat membantu kita menjaga kesehatan mental kita.
Dengan bersabar, berdoa, mencari dukungan, menjaga hubungan, dan belajar dari tuntunan yang diajarkan nabi, kita dapat membuka pintu kebijaksanaa dan kesembuhan dalam menghadapi tantangan mental. Semua ini adalah bagian dari perjalanan kita menuju kesejahteraan mental dan spiritual yang lebih baik dalam cahaya ajaran Islam.