Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Damai Pedia · 30 Apr 2024 15:03 WIB ·

Kemenag Sumenep Gandeng RMI NU Gelar Halaqah Pesantren Ramah Anak, Ini Harapannya


 Kemenag Sumenep Gandeng RMI NU Gelar Halaqah Pesantren Ramah Anak, Ini Harapannya Perbesar

Santrikeren.id– Kemenag Sumenep bekerja sama dengan RMI PCNU Sumenep menggelar kegiatan halaqah pesantren ramah anak bertajuk “Revitalisasi Peran Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan dan Lembaga Pengasuhan yang Ramah Anak” di Aula Kemenag Sumenep ini, Selasa (30/4/2024).

Kepala Kemenag Sumenep, KH Abdul Wasid mengatakan dalam sambutannya bahwa dirinya menyayangkan isu publik yang menggeneralisir bullying dan kekerasan yang seolah-oleh terjadi di seluruh pesantren. Bagi Wakil Ketua PCNU Sumenep itu, generalisasi tersebut memberi pengaruh negatif kepada masyarakat sehingga enggan memondokkkan anaknya ke pesantren.

Diceritakan, ia pernah bertemu dengan orang yang tidak mau anaknya di mondokkan di pesantren. Ketika ditanya, ternyata ia terpengaruh terhadap isu tersebut. nDijelaskan, tidak ada lembaga pendidikan di Indonesia yang bertanggung jawab kepada siswanya selama 24 jam. Pelayanan 24 jam itu hanya ada di pondok pesantren.

“Ketika santri tidak ada di asrama, di madrasah, masjid, santri dicari hingga sampai ke kamar mandi. Jika tidak kerasan, mengalami kesulitan dalam belajar, dan sebagainya, santri akan dibimbing oleh pengurus. Pelayanan yang diberikan kepada santri adalah kepedulian pengasuh dan pengurus,” ungkapnya.

Halaqah ini dihelat untuk mengembangkan pesantren lebih baik lagi dan ramah kepada anak, mencegah kasus bullying ataupun kekerasan di pesantren dan santri lebih betah di pesantren.

Mantan Sekretaris PC GP Ansor Sumenep ini menegaskan, kasus bullying dan kekerasan tidak hanya terjadi di pesantren, tapi semua lembaga pendidikan. Di luar pesantren pun, kasus ini pernah dialami oleh anak.

Untuk meminimalisir kasus tersebut, dibutuhkan partisipasi banyak pihak. Misalnya pengasuh membuat aturan yang bisa mengantisipasi kasus itu tanpa mengerdilkan kreativitas santri, serta didukung peran guru dan pengurus.

Sebagaimana yang lumrah di lapangan, hanya pengurus yang tahu santri, mulai dari A sampai Z. Hanya pengurus yang tahu santri yang bersembunyi di kamar mandi, membangunkan tidur, dan lain sebagainya.

Baginya, pelayanan yang diberikan pengurus adalah pahalanya luar biasa. Kendati porsi belajar pengurus tidak seoptimal santri lain. Kepedulian, kesabaran, keistiqamahan dalam memberikan layanan kepada santri, membawa mereka kepada jalan keberkahan.

Dinamika pesantren adalah tantangan bagi pengurus yang harus dibarengi dengan kebijaksanaan saat menghadapi santri milenial yang beragam dan memiliki latar belakang.

Tak hanya itu, ia mengimbau kepada pengurus pesantren agar memperhatikan etika ta’zir. Pasalnya santri zaman now dan santri zaman old mentalnya berbeda. Ia berharap, keberadaan konselor dijadikan tempat Curhat dan konsultasi santri, dan pengurus BK memberikan solusi dikala santri sedang oleng jiwanya.

Sementara itu, Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq mengatakan bahwa pesantren bukan sekedar tempat belajar, akan tetapi pesantren tempat membangun jiwa dan hati yang bersih. Dilibatkannya pengurus pesantren dalam acara ini, untuk membicarakan teknik komunikasi yang baik dengan santri agar pesantren menjadi tempat yang nyaman bagi santri.

Ia  mengibaratkan santri seperti pasien. Jika pasien di rumah sakit adalah pasien yang sakit fisik. Sementara pesantren, pasien dibersihkan hatinya.

Dengan lantang Kiai Pandji menyatakan, pesantren dan sekolah memiliki perbedaan. Diakui, sekolah memberikan mata pelajaran akhlak. Namun perbedaannya dengan pesantren adalah pengasuh dan pengurus mengedepankan hati agar santri memiliki hati yang bersih. ilmu adalah alat membersihkan hati manusia.

Dirinya menjelaskan, RMI adalah departementasi yang dibentuk NU untuk mengembangkan pondok pesantren, pendidikan keagamaan, dan keumatan. Menuritnya, RMI adalah jantungnya NU. Bila jantungnya bagus, maka NU akan baik.

“Jika tidak ada pesantren, tidak mungkin ada negeri ini. Kalau tidak ada pesantren, tidak ada Kemenag. Kemenag adalah hadiah bagi orang-orang pesantren,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi Universitas Annuqayah Studi Lapangan ke Rumah Sakit Jiwa, Dekan: Merawat Orang Lain Perbuatan Mulia

23 November 2024 - 10:03 WIB

Santriwati Ponpes Darussalam Blokagung Banyuwangi Raih 3 Kejuaraan Lomba di Event Pamekasan Bilingual Course

6 November 2024 - 12:42 WIB

Meriahkan Harlah Pesantren dan Hari Santri 2024, Ponpes Darussalam Blokagung Banyuwangi Gemakan Sholawat Bareng Nyai Nur Laila

4 November 2024 - 21:53 WIB

Usung Tema Nyambhung Sokma, Haul Akbar Masyayikh Annuqayah Diikuti Ribuan Alumni dan Masyarakat

3 November 2024 - 17:39 WIB

Jelang Pilkada 2024, Ribuan Warga NU Doakan Keselamatan dan Kedamaian Sumenep

31 Oktober 2024 - 21:12 WIB

Wisuda Perdana Universitas Annuqayah Sumenep Madura Kukuhkan 760 Sarjana dan Magister

30 Oktober 2024 - 21:22 WIB

Trending di Damai Pedia