Oleh: Erik Setiawan
Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat (21 April 1879 – 17 September 1904) atau sering disebut dengan gelarnya sebelum menikah: Raden Ajeng Kartini, adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia
Kartini adalah seorang pejuang kemerdekaan dan kedudukan kaumnya, pada saat itu terutama wanita Jawa lihat poerbakawatja, Soegarda (1976). Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. hlm. 140–141.
Ia adalah sosok perempuan yang terkenal dengan keberaniannya melawan norma sosial pada masanya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan akses pendidikan. Begitu pula dalam era digital ini, semangatnya dapat diaplikasikan melalui pemberdayaan perempuan dalam bidang teknologi dan memastikan akses pendidikan yang merata.
Tantangan di era digital tidaklah sedikit. Perempuan masih sering menghadapi stereotip dan hambatan dalam meraih kesetaraan dalam bidang teknologi. Namun, semangat Kartini mengajarkan kita untuk tidak gentar menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Perjuangan Kartini menjadi landasan bagi perempuan-perempuan di era digital ini untuk mengatasi segala rintangan dan meraih kesuksesan.
Dengan semangat yang diwariskan oleh Kartini, perempuan di era digital ini dapat menjadi pelopor inovasi dan penggerak perubahan. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup, memperjuangkan hak-hak mereka, dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Semangat Kartini mengajarkan kita untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan apapun.
Di samping itu, semangat Kartini juga menginspirasi untuk memastikan bahwa akses pendidikan yang berkualitas dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa terkecuali. Dalam era digital ini, pendidikan menjadi kunci untuk menghadapi perubahan dan mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan yang kompleks. Semangat Kartini mendorong kita untuk terus memperjuangkan hak-hak pendidikan yang adil dan merata bagi semua.
Ke depan, tantangan bagi perempuan dalam menjalankan peran dan fungsinya di era digital tentu tidak mudah. Peran pendidikan sangat penting dalam menjawab tantangan tersebut. Digambarkan dalam pesan yang ditulis oleh Kartini kepada Nyonya Van Kool pada Agustus tahun 1900. “Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik”. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya.
Jadi, meskipun zaman telah berubah dan teknologi terus berkembang, implementasi semangat Kartini tetap relevan dan menginspirasi. Dengan semangatnya, perempuan di era digital ini dapat menjadi agen perubahan yang aktif, menjadikan dunia yang lebih inklusif, adil, dan berkeadilan.