Santrikeren.id_Sejumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integratif Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) mengikuti sosialisasi kesehatan organ kewanitaan dan pengenalan pembalut KIPKES Surabaya Ahad (10/09/2023) di rumah Kadus Barat Lorong Desa Peltong, Larangan, Pamekasan.
Ibu Nikmah, selaku pemateri dalam kegiatan tersebut banyak sekali memberikan ilmu mengenai organ dalam kewanitaan, meliputi area alat vital dan hahim wanita, bagaimana seharusnya seorang wanita menjaga kebersihan dirinya, lebih-lebih area alat vitalnya.
Ibu Nikmah juga menampilkan video yang berisi tentang penjelasan bahwa pembalut yang beredar dipasaran mengandung klorin, pemutih, bahan kimia dan terbuat dari sampah kertas bekas.
Ia menjelaskan kandungan klorin yang ada dalam pembalut bisa mengganggu aktifitas reproduksi wanita, diantaranya resiko keputihan hingga hingga penyakit kangker. Ia juga menampilkan foto tentang Rahim dan penyakit yang biasa dialami seorang wanita.
“Saya hanya berusaha dengan kemampuan saya untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat dan terhindar dari penyakit yang bisa membunuh dan mematikan,” katanya.
Ibu Nikmah juga memberi solusi kepada Ibu-Ibu yang hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut mengenai masalah yang mereka alami. Seperti efek samping penggunaan pil dan suntik KB, menupause dini, mandul dan masalah kewanitaan lainnya.
“Kami sangat bersyukur sekali, karena bisa mengetahui ilmu mengenai masalah kesehatan vital, khususnya perempuan” tutur salah satu peserta KKN.
Peserta KKN juga diberi bekal dan arahan bagaimana cara merawat diri sendiri dan merawat keluarga nanti, yaitu ketika sudah berkeluarga agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan.
Di akhir agenda, Ibu Nikmah juga membuka pertanyaan kepada seluruh peserta yang hadir mengenai hal-hal yang dialami, baik dialami oleh dirinya sendiri maupun dialami anak dan keluarganya.
Setelah pertanyaan terjawab, Ia juga mempromosikan pembalut kain merek sehat seratus persen untuk kesehatan yang tidak dijual bebas. Tidak sekali pakai, namun tetap ramah lingkungan, dan tentunya mengandung serat alami yang terbuat dari serat bambu. Setelah kegiatan tersebut berlangsung, acara sosialisasi diakhiri dengan pembacaan hamdalah dan bagi-bagi sembako.