Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 25 Mei 2024 10:44 WIB ·

Bullying Di Kalangan Pesantren dalam Perspektif Psikologi


 Bullying Di Kalangan Pesantren dalam Perspektif Psikologi Perbesar

Oleh: Citra Sukma Ningsih*

Pesantren kerap diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya yang muncul pada zaman wali songo, di dalamnya selain menjadi lembaga pendidikan juga menjadi lembaga sosial yang menjadi kontrol masyarakat dalam memerangi tantangan zaman yang semakin canggih maka dalam hal ini Pengasuh atau Kiyai menjadi tameng atau filter masuknya budaya-budaya luar dalam kehidupan masyarakat sekitar. Di dalam pondok pesantren, santri bukan hanya diajari mengaji  tetapi juga diajari menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di bangku pesantren hal ini bertujuan penerapan ilmu-ilmu khususnya yang berkaitan dengan akhlak sangat dibutuhkan oleh santri.

Beberapa tahun ini, masyarakat dikejutkan dengan adanya berita bullying di dunia pesantren, tentu hal ini menjadi sorotan karena notabene nya pondok pesantren sangat bersih dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya bullying. Bullying berangkat dari adanya senioritas dan merasa ia menjadi pimpinan dan menganggap oran lain tidak berdaya, tentu jika di dalam pesantren tidak akan dilakukan oleh satu orang namun akan mengajak orang lain dalam melakukan tindakan tersebut.

Bullying sendiri memiliki arti sebagai pelecehan, pengusiran, pemalakan dan intimidasi, Bullying juga diartikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan secra sadar atau sengaja yang melibatkan ketidakseimbangan antara kekuasaan dan kekuatan. Ini bisa dalam bentuk menendang, memukul, mengancam, menggoda, menghina atau menerornya.

Sedangkan bullying dalam perspektif psikologi adalah tindakan negatif dalam waktu yang cukup panjang dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, di mana terdapat ketidak seimbangan kekuatan dan korban tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya.

Menurut McCulloch dan Barbara, ada empat jenis bullying yaitu 1). Bullying verbal, yaitu bullying yang berbentuk verbal atau kata kata dan tulisan  seperi halnya  intimidasi, sindiran, mengolok olok sehingga orang lain merasa tersakiti. 2). Bullying Sosial, yaitu bullying dalam bentuk sosial seperti mengajak orang untuk tidak berkawan dengan korban, membuat korban malu di khalayak ramai, dan membuat desas desus palsu. 3). Bullying Fisik, yaitu bullying yang berbentuk kekerasan fisik seperti halnya menendang, memukul, meludah dan merampas atau merusak barang milik korban. 4). Cyberbullying , yaitu bullying dalam media sosial dengan maksud merugikan dan memalukan korban bullying.

Bullying yang dilakukan oleh santri biasanya dengan alasan karena korban dinasihati tidak mau mendengarkan, tidak mau piket, atau tidak sholat berjamaah sehingga menyebabkan pelaku merasa kesal dan melakukan tindakan bullying baik secara verbal bahkan sampai bullying fisik yang berakibat fatal, dan mirisnya pengurus pondok pesantren kadang tidak mengetahui tindakan bullying yang dilakukan santri. Adapun contoh kasus bullying yang sempat viral di media sosial adalah santri umur 14 tahun berasal dari Banyuwangi yang tewas dianiaya empat seniornya disebabkan korban susah diatur untuk salat dan mengaji. Dari penjelasan keluarganya terdapat luka luka di sekujur tubuh korban namun dari keterangan pengurus korban meninggal karena terpeleset di kamar mandi.

Dari kasus di atas betapa miris dan berbahayanya tindakan bullying dilakukan di lembaga pendidikan, hal ini seolah-olah tidak mencerminkan bahwa apa yang sudah didapatkan di bangku pesantren tidak ada gunanya sehingga muncul stigma dan pandangan negatif  masyarakat terhadap pesantren dan berakibat turunnya kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya di pesantren karena merasa takut anaknya mengalami kejadian yang sama.

Selain itu, dampak dari tindakan bullying dalam sisi psikologis yakni korban merasa cemas dan depresi, merasa tidak berguna dan rendah  diri, dan bahkan bisa berakibat pada percobaan bunuh diri. Kecemasan setelah dibully termasuk pada golongan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), gangguan ini disebakan oleh kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma berat. Jika korban merasa ketakutan dan kecemasan berlebihan setelah dibully maka korban tersebut mengalami PTSD

Dari hal ini pentingnya edukasi tentang bullying dan dampaknya karena tindakan bullying sangat berakibat fatal terhadap psikologis korban, maka dari itu penting dimulai dari pengurus pesantren untuk melakukan pencegahan terhadap tindakan bullying yang dilakukan oleh santri dengan cara pengawasan yang ketat terhadap santri dan melakukan bimbingan konseling terhadap pelaku dan korban bullying agar terciptanya rasa aman dan damai di kalangan pesantren karena jika pesantren menciptakan rasa aman maka suasana belajarpun akan dinilai lebih kondusif dan yang tidak kalah penting kondisi psikologis santri akan aman dari gangguan yang disebabkan bullying. (Semoga bullying segera hempas!)

*Santri aktif PPA Kusuma Bangsa putri, Mahasiswi Tasawuf dan Psikoterapi Universitas Annuqayah

Artikel ini telah dibaca 70 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi