Oleh: Abdul Warits
Ancaman yang cukup menjadi menyita dan menguras tenaga hingga menyebabkan warga negaranya berpecah belahan adalah ancaman disintegrasi bangsa. Ada berbagai macam gerakan yang muncul seperti gerakan radikalisme, terorisme yang terus menyebarkan nilainya sehingga mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Salah satu cara yang cukup efesien dalam menangkal munculnya gerakan tersebut adalah dengan mempererat konsolidasi. Hal ini bisa dilakukan oleh berbagai kalangan, khususnya pemimpin agama di semua tingkatan, pemerintah, masyarakat dari berbagai kalangan.
Kemunculan gerakan ekstrem kanan maupun kiri di berbagai negara yang akhirnya juga masuk ke Indonesia sebagai konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari adanya globalisasi apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dari berbagai aspek dan platform digital yang semakin eksis dan merajela di ruang maya. Namun demikian, gerakan ini dapat ditangkal dengan mempererat silaturahim, terutama bagaimana menguatkan konsolidasi kelompok rentan dan perempuan atau bahkan para pemuda melalui momentum lebaran.
Silaturahim dan konsolidasi adalah dengan mengintensifkan koordinasi di berbagai tingkatan agar peredaran sejumlah gerakan radikal bisa ditangkal. Koordinasi dan silaturahim bisa dilakukan dari tingkatan paling bawah yakni bagaimana menjaga keluarga saat momentum idul fitri dengan meneguhkan kebangsaan dan persatuan sesama persaudaraan dan lain sebagainya.
Dalam dunia kenegaraan, biasanya diselenggarakan Open House bersama dengan pimpinannya agar persatuan dan kesatuan bangsa semakin rekat di antara satu sama lain. Koordinasi juga bisa bermakna bahwa para aparat dan pimpinan organisasi keagamaan, pemerintahan hingga kepemudaan dapat mendengar apa yang diinginkan masyarakat di komunitasnya.
Dalam open house inilah, nilai silaturahim dan persaudaraan akan terbangun serta komunikasi yang baik bisa dimanfaatkan untuk meredam ego sektoral, gerakan radikal dan pikiran yang menghantui untuk menghancurkan negara dengan beragam caranya. Maka sejumlah gejolak di semua tingkatan masyarakat dapat dihindari sehingga tercipta suasana kondusif.
Suasana komunikasi lahir batin yang dibangun saat momentum lebaran mendukung terjadinya komunikasi dan koordinasi yang demikian baik antara masyarakat dengan negara dan sesama warga negara. Suasana damai dan sejuk tercipta dari jabat tangan sehingga negara ini menjadi negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dengan penuh kerekatan dan kebersamaan.