Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 20 Mar 2024 11:02 WIB ·

Komitmen Kebangsaan Melawan Sentimen Berbasis Agama dan Keyakinan


 Audiensi Duta Damai dan Duta Damai Santri ke Bakesbangpol Jatim Perbesar

Audiensi Duta Damai dan Duta Damai Santri ke Bakesbangpol Jatim

Oleh: Ahmad Fuadi Akbar

Kebangsaan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesatuan dan keharmonisan. Namun, terkadang, sentimen berbasis agama dan keyakinan dapat mengganggu komitmen ini dan menjadi sumber konflik atau perpecahan. Oleh karena itu, menegakkan komitmen kebangsaan yang kuat dalam menghadapi sentimen seperti ini menjadi suatu keharusan.

Menurut Azyumardi Azra, seorang ahli sejarah dan pemikir Islam Indonesia, sentimen berbasis agama dalam konteks kebangsaan seringkali menjadi tantangan serius. Dalam pandangannya, agama haruslah menjadi sumber kekuatan untuk mempersatukan, bukan untuk memecah-belah. Namun, dalam realitasnya, terkadang agama digunakan sebagai alat untuk menciptakan perbedaan dan memperkuat kedudukan kelompok tertentu.

Dalam konteks ini, komitmen kebangsaan menjadi semakin penting untuk menangkal sentimen yang dapat memecah-belah masyarakat. Shirin Ebadi, seorang aktivis hak asasi manusia dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, menawarkan gagasan tentang pentingnya perdamaian yang mendasarkan pada nilai-nilai universal kemanusiaan, bukan pada keyakinan atau agama tertentu.

Relevansi gagasan Ebadi ini terhadap Indonesia sangatlah signifikan. Dalam negara yang kaya akan keberagaman seperti Indonesia, penting untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai landasan perdamaian dan keadilan. Melalui pendekatan ini, kita dapat menekankan persamaan hak dan martabat setiap individu, tanpa memandang latar belakang agama atau keyakinan mereka.

Komitmen kebangsaan dalam melawan sentimen berbasis agama dan keyakinan haruslah diwujudkan melalui upaya konkret. Ini termasuk promosi dialog antaragama, pembangunan pemahaman yang inklusif tentang pluralisme, serta penguatan institusi dan kebijakan yang menjamin perlindungan hak-hak semua warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan agama atau keyakinan.

Dalam hal ini, Indonesia dapat memetik pelajaran dari pengalaman negara-negara lain yang telah berhasil menegakkan komitmen kebangsaan yang kokoh dalam menghadapi tantangan sentimen berbasis agama. Dengan mengutamakan perdamaian yang didasarkan pada nilai-nilai universal kemanusiaan, Indonesia dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, harmonis, dan sejahtera bagi semua warganya.

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi