Pada kesempatan kali ini, redaksi santrikeren.id akan membahas tentang kisah inspiratif yang pernah dilakukan oleh sahabat. Sahabat yang beruntung tersebut tidak lain adalah Ummu Sulaim, wanita yang telah mendapatkan tempat khusus di hati Nabi Muhammad SAW.
Ummu Sulaim juga termasuk wanita yang dapat dipastikan masuk ke dalam surga. Hal ini senada dengan keadaan sahabat Bilal bin Rabbah yang mana Rasulullah sama-sama mendengar telapak kakinya di surga ketika dalam keadaan mimpi.
Keutamaan ini didapat oleh Ummu Sulaim karena kesabaran beliau dalam menghadapi ujian hidup yang begitu berat. Keteguhan iman yang tidak mudah digoyahkan, kecintaan pada agama Islam dan pengetahuan tentang agama Islam yang dalam, membuat beliau mendapat tempat yang layak tersebut.
Baik, tidak usah menunggu waktu yang lama, langsung saja mulai pembahasannya.
Ummu Sulaim dan Keyakinan dalam Memegang Agama Islam
Kisah kebahagiaan keluarga sahabat Abu Thalhah dan Ummu Sulaim selalu menginspirasi. Tidak karena uang atau jabatan, tetapi karena cinta dan pengertian di antara mereka. Meskipun hidup sederhana, mereka selalu bahagia. Bahkan, mereka juga memiliki anak-anak yang membuat mereka bangga.
Ummu Sulaim memiliki julukan Ghumaisha’. Beliau puteri dari Milhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin ‘Amir bin Ghanam bin ‘Adie bin an-Najaar al-Anshariyah al-Khazrajiyah. Namun, nama aslinya seakan hilang dari ingatan kita. Mungkin disebut Sahlah, Rumailah, atau Rumaistah.
Di kalangan umat Muslim, dia lebih dikenal sebagai Ummu Sulaim. Dia tinggal di Madinah dan termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam.
Ummu Sulaim tidak hanya cantik dan pintar, tapi juga sangat pemberani. Dia pernah ikut serta dalam perang Hunayn dan Uhud, dua perang besar pada saat itu. Di perang Hunayn, dia menggunakan pisau belati sebagai senjata.
Melalui Ummu Sulaim, lahir salah satu sahabat terdekat Nabi, yaitu Anas bin Malik RA. Anas bin Malik RA adalah seorang yang membantu Nabi. Orang tuanya adalah Ummu Sulaim dan suaminya, Malik An-Naddhar.
Namun, pernikahan mereka akhirnya kandas karena perbedaan keyakinan. Ummu Sulaim tetap berpegang teguh pada Islam, sementara suaminya tidak. Sehingga, mereka berpisah, dan Ummu Sulaim menjadi janda.
Meskipun menjadi janda, Ummu Sulaim tetap cantik dan cerdas. Banyak pria yang tertarik padanya, termasuk Zaid bin Sahl An-Najjari, yang lebih dikenal sebagai Abu Thalhah. Pada saat itu, Abu Thalhah belum memeluk Islam.
Namun berkat Ummu Sulaim, dia akhirnya memeluk Islam. Ummu Sulaim menetapkan satu syarat jika Abu Thalhah ingin menjadi suaminya, dia harus menjadi Muslim. Abu Thalhah setuju akan syarat ini dengan senang hati.
Ummu Sulaim dan Suara Telapak Kakinya di Surga
Kisah luar biasa sahabat Bilal mungkin masih lekat dalam ingatan kita. Dia adalah sosok dengan suara azan yang indah di kota Madinah. Suatu kali, dalam sebuah pertemuan dengan para sahabat, Rasulullah menceritakan tentang mimpinya saat ia merasuki surga.
Di dalam mimpinya, suara langkah kaki Bilal terdengar lebih dulu, yang merupakan tanda baik karena mimpi Nabi tidak pernah salah. Tapi, hal menarik lainnya adalah bahwa Nabi juga pernah mendengar langkah kaki Ummu Sulaim di surga.
Ketika Nabi sendiri menyebutkan hal ini, itu sungguh memukau. Ummu Sulaim, seorang wanita mulia, telah mendapatkan tempat khusus di hati Nabi Muhammad SAW.
Salah satu cerita menarik tentang Ummu Sulaim dan suaminya, Abu Thalhah, tercatat dalam hadis kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Cerita ini juga disebutkan dalam kitab Riyadhus Shalihin oleh Imam An-Nawawi.
Kesabaran Ummu Suliam dalam Menghadapi Ujian Hidup
Kembali ke dalam pembahasan pertama.
Ketika mereka Ummu Sulaim menikah dengan Abu Talhah, mereka diberkahi dengan seorang anak laki-laki, yang diberi nama Abu Umair. Setiap kali Rasulullah berkunjung ke rumah Abu Thalhah, beliau senang bermain dan bergurau dengan Abu Umair.
Suatu hari, anak tersebut jatuh sakit. Saat itu, Abu Thalhah harus pergi dari rumah dalam keadaan sedang berpuasa. Meskipun dalam situasi sulit, dia tetap pergi dan harus meninggalkan anaknya yang sakit di rumah.
Namun, takdir berkata lain. Abu Umair akhirnya meninggal dunia. Ummu Sulaim dengan hati berat merawat jenazah anaknya sendiri, memandikan dan mengkafaniinya dengan tangannya sendiri. Kemudian, dia meletakkan tubuhnya di tempat tidur.
Akan tetapi, dia tidak buru-buru memberitahu suaminya tentang kematian ini. Ketika Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim memilih untuk tidak memberitahunya segera, agar suaminya tidak merasa sedih setelah pulang dari pekerjaan yang melelahkan.
Sebagai gantinya, Ummu Sulaim mempersiapkan makanan terbaiknya, dia melayani Abu Thalhah dengan senyuman dan keceriaan seolah tidak ada musibah yang terjadi. Bahkan, dia merias dirinya dan menggunakan wewangian.
Beberapa saat kemudian, Abu Thalhah membuka pertanyaan tentang kondisi anak mereka, dengan penuh kekhawatiran. Dengan bijaksana, Ummu Sulaim menjawab dengan lembut, “Dia sudah tenang, semoga dia mendapatkan ketenangan.”
Dengan cara yang penuh pengertian, Ummu Sulaim berhasil menghibur suaminya tanpa harus langsung memberitahu bahwa anak mereka telah meninggal dunia. Ini adalah cara yang cerdas dan bijaksana untuk meredakan kekhawatiran Abu Thalhah.
Bahkan pada malam itu, Ummu Sulaim mengajak Abu Thalhah untuk beristirahat dan memberikan perhatian terbaiknya. Hingga saat itu, Abu Thalhah masih belum menyadari bahwa putranya telah meninggal dunia.
Baru pada pagi harinya, setelah Abu Thalhah mandi dan bersiap untuk pergi ke masjid bersama Rasulullah, Ummu Sulaim mengabarkan kabar sedih tersebut.
Abu Thalhah kemudian bercerita kepada Rasulullah tentang semua peristiwa yang terjadi, termasuk sikap Ummu Sulaim dan bagaimana “hubungan” mereka semalam. Rasulullah SAW mendengar ini dan mendoakan, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua atas malam kemarin.”
Doa Rasulullah ini akhirnya terwujud. Tak lama kemudian, Ummu Sulaim hamil dan mereka diberkahi dengan seorang anak laki-laki. Nama bayi itu adalah Abdullah, yang diberi nama oleh Rasulullah sendiri.
Rasulullah bahkan memberi berkah pada bayi tersebut dengan meratapkan beberapa kurma ke atasnya.
Berkat doa Rasulullah ini pula, Ummu Sulaim kemudian melahirkan beberapa putra lagi. Selama hidup bersama, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim diberkahi sembilan putra. Dan yang luar biasa, semua dari mereka hafal Alquran.
Salah seorang sahabat dari kaum Anshar pernah mengatakan, “Saya melihat kedua pasangan tersebut memiliki sembilan orang anak, dan semua dari mereka hafal al-Qur’an.”[1]
Hikmah yang Dapat Diambil
Kisah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim menyiratkan pesan-pesan penting tentang iman, cinta, dan ujian dalam hidup. Mereka mampu menginspirasi banyak orang, karena kesabarannya yang sangat tinggi dalam menanggung ujian hidup yang begitu berat.
Memegang iman yang teguh, pada masa di mana masih menjadi minoritas, juga sangat perlu untuk diteladani. Adab, sopan santun dalam menjaga perasaan sang suami agar tidak marah juga termasuk hal yang patut diteladani dan menjadi inspirasi banyak wanita.
Semoga apa yang ditulis di atas, dapat menjadi suri tauladan bagi kita, khususnya dalam beratnya cobaan hidup yang dialami oleh kita. Karena di dalam beratnya cobaan hidup, ada hikmah yang menanti untuk kita petik.
[1] AL-Bukhari, Shahih Bukhari (Surabaya: Al-Busyra, tt) , 1301/II dan Imam Muslim, Shahih Muslim pada hadis ke 2144
Baca juga: Hukum Membayar Orang Dalam
Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur.