Menghargai perasaan orang lain termasuk hal yang penting dalam membangun hubungan yang baik, mencegah konflik, dan menciptakan lingkungan yang harmonis antar sesama. Saat seseorang menghargai perasaan orang lain, berarti ia menunjukkan empati dan perhatian terhadap mereka.
Hal ini penting untuk diterapkan di tengah-tengah lingkungan masyarakat, agar kerukunan selalu terjalin dan menunjukkan tatanan kepedulian terhadap sesama.
Di samping keutamaan menghargai perasaan orang lain yang telah disebutkan di muka, apakah Anda pernah mendengar kisah salah satu orang yang menjadi kekasih Allah dikarenakan ia menjaga perasaan orang lain agar tidak merasa malu atas tindakan yang tidak disengaja akan tetapi sangat memalukan?
Jika Anda belum tahu, atau pernah tahu namun lupa-lupa ingat dalam kisahnya, akan kami tuliskan ceritakan kembali kisah lengkapnya.
Hathim al-Asham dan Kentut Wanita
Diceritakan pada suatu hari, ada seorang wanita yang pergi ke toko untuk membeli barang yang sedang ia butuhkan. Begitu ia sampai di toko, tiba-tiba ia kentut secara tak sengaja.
Ia merasa sangat malu dan wajahnya berubah pucat. Lebih parahnya lagi, pemilik toko yang sedang melayani itu adalah seorang laki-laki.
Walau merasa canggung dan malu, wanita itu tetap mencoba bertanya tentang barang yang ingin ia beli kepada laki-laki penjual itu.
Namun, setiap kali ia bertanya, jawaban laki-laki penjual tidak masuk akal dan semakin membuatnya bingung. Sepertinya, laki-laki penjual itu tidak mendengar pertanyaannya.
Wanita itu mencoba beberapa kali untuk bertanya tentang barang yang akan ia beli. Namun lagi lagi, wanita itu tetap tidak mendapat jawaban yang benar. Akhirnya, ia berpikir mungkin laki-laki penjual ini tuli dan tidak mendengar kentutnya tadi.
Rasa malunya mereda, dan ia menjadi lebih santai.
Karena ia tidak mendapat jawaban yang ia cari, ia memutuskan untuk pergi dari toko tanpa membeli apapun.
Ternyata, laki-laki penjual itu bukan tuli. Sebenarnya laki-laki tersebut mendengar kentut wanita itu. Namun, ia sengaja berpura-pura tuli untuk melindungi perasaan wanita tersebut. Ia tidak ingin wanita itu merasa malu atau terhina karena insiden kentut yang tidak disengaja.
Karena kita tahu bahwa wanita memiliki rasa malu yang sangat besar daripada seorang lelaki.
Tidak disangka, bahwa lelaki yang menjaga perasaan dari wanita tersebut bernama Hathim Al-Asham. Seorang yang baik hati dan selalu peduli pada perasaan orang lain. Kebaikan hatinya ini yang mendatangkan berkah, dan Allah memberkatinya dengan menjadikannya kekasih-Nya (Wali).
Suatu hal yang sangat menakjubkan dan patut untuk disyukuri, yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.[1]
Hikmah yang Dapat Diambil
Kisah di atas kami ceritakan ulang dari kitab Mirqatu Su’udu Tashdiq. Alasan penulis menceritakannya di sini tidak lain karena di dalam cerita tersebut mengajarkan kita semua tentang pentingnya empati dan menghargai perasaan orang lain.
Terkadang, tindakan kecil seperti menutupi kesalahan orang lain, bisa membawa kebaikan dan berkah yang tidak terduga.
Dari sini kita dapat belajar bahwa tidak harus menunggu pada kesempatan yang tepat agar hati kita tergerak untuk melakukannya. Akan tetapi berbuat baik harus selalu kita tanamkan di setiap kesempatan.
Karena sebagai hamba, manusia tidak tahu kapan Allah akan mengangkat derajat kita.
Semoga apa yang penulis uraikan ini dapat menginspirasi pembaca untuk selalu melakukan kebaikan, dan selalu menghargai perasaan orang lain di setiap keadaan kita.
[1] Nawawi al-Bantani, Mirqatu Su’udu Tashdiq (Surabaya: Haramain, tt), 72
Baca juga: Hukum Membayar Orang Dalam
Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur.