Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 27 Jul 2023 23:16 WIB ·

Potret Perjuangan Ulama Perempuan Nusantara


 Potret Perjuangan Ulama Perempuan Nusantara Perbesar

Oleh; Moh Syaiful Bahri*

Keterlibatan perempuan dalam ruang publik sosial, ekonomi, dan politik menjadi suatu keniscayaan. Perbincangan terkait kontribusi ulama perempuan di Indonesia perlu kiranya dihadirkan secara proporsional. Dalam artian, perempuan bukan lagi semacam benda mati yang tidak bergerak, medan aktivisme perempuan sekadar ruang-ruang privat. Melainkan secara terbuka memotret kiprah dan perjuangan ulama perempuan sebagai bagian dari perjuangan perempuan itu sendiri.

Selama ini, kita hanya kenal literatur peradaban Islam Nusantara (Indonesia) dan sejarah perjuangan kemerdekaan yang tidak lepas dari dominasi peran laki-laki. Nyaris – untuk tidak mengatakan tidak ada, perjuangan perempuan di dalamnya. Hal ini juga menyasar aspek perjuangan ulama perempuan yang hampir absen dari sejarah perjuangan kemerdekaan. Nur Hasan, melalui buku Khazanah Ulama Perempuan Nusantara (2023) mencoba untuk menghadirkan ulama perempuan, perempuan cendekia, intelektual serta perempuan yang bekerja untuk mewujudkan keadilan dan kemanusiaan dalam kontestasi sejarah Indonesia.

Pada dasarnya, kehadiran ulama di tengah-tengah masyarakat membawa misi kasih sayang, merangkul, mengajak, dan tentu membuka jalan kebaikan pada masyarakat. Peran semacam ini juga ada dalam diri perempuan. Sejak awal Islam misal, perempuan sudah berperan dalam berbagai aspek pekerjaan, termasuk aspek pendidikan dan sosial ekonomi. Bahkan, kaum perempuan juga terlibat dalam medan jihad di jalan Allah Swt. dalam sejarah perjuangan Indonesia, perempuan mempunyai ruang kebebasan untuk berjuang bersama kaum laki-laki untuk kepentingan agama dan bangsa (hlm. 31).

Potongan-potongan kisah dan kiprah ulama perempuan seperti Syaikhah Fathimah al-Banjari, perempuan tekun di bidang literasi; Rohana Kuddus, sosok perempuan jurnalis dari tanah Minang; Nyai Hj. Arnah Cimanuk, perempuan ahli bidang Qira’at dari Banten sampai pada ulama pejuang seperti Tengku Fakinah, pendiri Dayah dan panglima perang melawan Hindia Belanda; bahkan ulama perempuan yang politikus, orator ulung penentang Hindia Belanda, Rasuna Said. Juga ulama perempuan yang ditulis Nur Hasan dalam buku menunjukkan bahwa perempuan menjadi agen dalam perubahan bangsa ke arah lebih baik.

Nama-nama ulama perempuan yang ditampilkan dalam buku ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki perenan penting dalam sejarah Islam dan kemerdekaan Indonesia. Tentu kerja-kerja semacam ini tidak lepas dari kesadaran bahwa perempuan menjadi bagian penting dari kesejarahan perjuangan Islam dan kemerdekaan di Indonesia. meskipun pengungkapan kisah-kisah inspiratif dari ulama-ulama perempuan seringkali terlupakan dalam narasi sejarah. Dalam hal ini Azyumardi Azra menyakatakan bahwa ulama perempuan tidak mendapatkan porsi yang pantas dalam sumber sejarah Muslim. Tak heran bila nama-nama ulama perempuan cenderung tenggelam dan terlupakan (hlm. 9).

Sejarah mencatat bahwa perempuan bekerja secara intelektul dan praktikal, mengintegrasikan perspektif keadilan gender dengan sumber keislaman dalam merespon realitas kehidupan. Namun, pada umumnya, ruang gerak ini dibatasi oleh kebudayaan yang tidak ramah terhadap perempuan. Kiranya, perempuan hanya sebatas bekerja sebagai ibu rumah tangga, bahkan tidak diberikan ruang pada dunia intelektual. Pemahaman semacam ini bukan saja mencederai perempuan, melainkan cacat kesejarahan.

Seorang intelektual Muslim, Azyumardi Azra jauh-jauh hari telah memaparkan bahwa sejarah ulama perempan adalah sejarah yang masih gelap (hlm. 34). Kiprah dan perjuangan kaum perempuan dalam mewarnai perabadan Indonesia perlu dikaji dan diberikan ruang gerak yang luas. Mereka memiliki peran yang tidak kalah penting dengan laki-laki. Hadirnya mereka di ruang publik seperti melawan penjajah, mendirikan ormas, aktif di dunia jurnalis, menggerakkan perempuan di desa-desa dan pesantren merupakan pintu merawat kebangsaan dan kenusantaraan.

Jajat Burhanudin dalam buku Ulama Perempuan Indonesia (2002), ulama-ulama perempuan Indonesia hampir dapat dipastikan merupakan tokoh-tokoh yang memiliki keistimewaan dan keunggulan dalam bidang keagamaan – dan lebih khusus organisasi sosial-keagamaan, seperti Nyai Ahmad Dahlan, Sholihah A. Wahid Hasyim, Tutty Alawiyah, Hadiyah Salim, dan Suryani Thahir. Mereka cukup diperhitungkan dalam khazanah keindonesiaan dan keislaman. Hal ini juga disinggung oleh Rachmah Ida dalam pengantar buku Ulama Perempuan Madura (2020) karya Hasanatul Jannah bahwa Nyai (ulama perempuan) Madura berhasil melakukan negosiasi sosio-kultural sehingga menjadi sosok sentral yang memiliki pengaruh signifikan pada masyarakat Madura.

Hadirnya buku ini memberi sumbangsih pada literatur sejarah perempuan Indonesia. Setidaknya, kita bisa mendiskusikan dan membaca kembali perjuangan ulama perempuan yang sudah membangun pondasi dalam mempertahankan kemerdakaan dan berjuang menyebarkan agama dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, kajian-kajian tentang ulama perempuan sudah saatnya dilakukan oleh berbagai kalangan akademisi, intelektual dan aktivis yang bergerak di bidang literasi dan gender.

Identitas Buku :

Buku                : Khazanah Ulama Perempuan Nusantara

Penulis             : Nur Hasan

Penerbit          : IRCiSoD

Cetakan           : Pertama, April 2023

ISBN                978-623-5348-46-9

*Moh Syaiful Bahri, Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Artikel ini telah dibaca 26 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri